Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 14 Desember 2016

ANTROPOLOGI: KONSEP-KONSEP KEBUDAYAAN



MAKALAH
Konsep-Konsep Kebudayaan
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Antropologi
Dosen Pengampu: Dr.Hj. Misbah Zulfa Elisabeth,M.Hum



Disusun oleh :

1.      Siti Ani Munasaroh                 1501046002
2.      Raveno Indah Hikmah Nur R.1501046017
3.      Muhammad Sat Abu Dzarin   1501046019
4.      Wahyu Aulia Ahsan               1501046021
5.      Ainis Shofwah Mufarriha       1501046031

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejak zaman dahulu terdapat keanekaragaman manusia dan kebudayaan dimuka bumi ini. Pada dasarnya kebudayaan adalah proses adaptasi, karenanya ada yang berpendapat bahwa konsepsi tentang kebudayaan ialah sebagai strategi adaptasi terhadap lingkungan mereka. Sementara itu, keanekaragaman kebudayaan disebabkan oleh lingkungan tempat tinggal mereka yang berbeda (environmental determinism). Meskipun pandangan tadi tidak seluruhnya benar,tetapi sampai sekarang ada penilaian bahwa salah satu penyebab dari keanekargaman kebudayaan juga disebabkan oleh faktor ekologi ( possiblism ).
Keselarasan hubungan manusia dengan lingkungan fisik,bukan hanya dapat digunakan untuk mengembangkan daya dukung alam, tetapi juga dapat digunakan sebagai pengembang diri manusia dan masyarakat. Apabila ini terjadi, maka akan tercapai suatu keselarasan hubungan antara alam dan manusia. Kondisi kebudayaan suatu bangsa dan tingkat pembangunan yang diupayakan berada pada hubungan yang saling mempengaruhi. Karena itu, keanekaragaman suku bangsa di Indonesia telah memunculkan pula terjadinya berbagai pola strategi adaptasi sosial budaya
Pada makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang kebudayaan dan konsep kebudayaan, dimana terdapat banyak tokoh yang menuangkan pandangannya kepada definisi dan konsep kebudayaan itu sendiri.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kebudayaan ?
2.      Bagaimana maksud dari konsep kebudayaan?
3.      Bagaimana pandangan para ahli tentang kebudayaan?




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Kebudayaan
           
Istilah kebudayaan atau Culture dalam bahasa Inggris, berasal dari kata kerja dalam bahasa Latin colere yang berarti bercocok tanam (cultivation) dan dikalangan pemeluk agama Kristen istilah cultura juga dapat diartikan sebagai ibadah atau sembahyang (worship). Dalam bahasa Indonesia, kata kebudayaan berasal dari bahsa sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau akal) dan adakalanya juga ditafsirkan bahwa kata budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk ‘budi-daya’yang berarti daya dari budi., yaitu berupa cipta, karsa dan rasa. Karenanya ada juga yang mengartikan bahwa kebudayaan merupakan hasil dari cipta, karsa dan rasa oleh manusia[1]
            Jadi dapat disimpulkan bahwa kebudayaan menunjuk pada suatu aspek kehidupan. Kata itu meliputi cara-cara berperilaku, kepercayaan-kepercayaan, sikap-sikap dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau suatu kelompok penduduk tertentu. Agama Shinto dan Budha dan penghormatan yang kuat terhadap generasi tua seperti halnya dengan sumpit dan teater kabuki adalah juga sebagian dari kebudayaan masyarakat Jepang. Manusia masing-masing dilahirkan kedalam suatu kebudayaan yang bersifat kompleks dan kebudayaan itu sangat berpengaruh terhadap cara hidup serta cara berlaku yang akan manusia ikuti selama hidupnya.[2]

B.     Konsep Kebudayaan

Sebagai makhluk yang dikaruniai akal, cipta dan rasa, manusia mampu berpikir, berlogika dan berkarya. Oleh karena kelebihan itu, banyak hasil karya diciptakan manusia mulai dari kesenian, bahasa, benda, dan lain-lain. Kesemua itu menghasilkan kebudayaan. Pada dasarnya setiap daerah memiliki kebudayaan masing-masingdimana setiap kebudayaan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Sampai saat ini banyak sekali definisi mengenai konsep kebudayaan tersebut. Namun demikian, pada intinya definisi-definisi tersebut tidak jauh berbeda. Kebudayaan yang terdapat di seluruh permukaan bumi adalah hasil budidaya manusia. Kebudayaan tersebut muncul karena manusia saling berinteraksi. Interaksia antar manusia tersebut kemudian membentuk suatu komunitas sosial.
Ruang lingkup konsep kebudayaan sangat bervariasi, dan setiap pembatasan arti yang diberikan akan sangat dipengaruhi oleh dasar pemikiran tentang azas-azas pembentukan masyarakat dan kebudayaan. Dalam antropologi ada yang menekankan bahwa berbagai cara hidup manusia yang tercermin dalam pola-pola tindakan (action) dan kelakuannya (behavior) merupakan aspek penting sebagai pembatas konsep kebudayaan yang menekankan pada aspek belajar (learned behavior).[3]
Namun hal ini berbeda dengan pandangan filsafat yang menempatkan kebudayaan pada hal yang bersifat metafisis yang merujuk pada penempatan nilai sebagai aspek formal intrinsik. Ia tidak bicara tentang bagaimana kebudayaan menjadi norma bagi tingkah laku sehingga membentuk way of life (satu hal yang menjadi objek kajian antropologi) atau bagaimana kebudayaan dibentuk oleh representasi kuasa pengetahuan (objek kajian cultural studies).
Filsafat kebudayaan lebih berhasrat menggali kebudayaan secara ontologi sehingga menemukan inti, jiwa atau hakikat dari kebudayaan yang kemudian dibedakan dengan praktek di masyarakat. Dari sini pendekatan filososfis berkepentingan untuk mengarahkan kembali praktek kebudayaan kepada hakikatnya sehingga mengarah pada totalitas kehidupan.[4]
Abdul Syani mengemukakan tiga hal yang terkandung di dalam kebudayaan yaitu: pertama, kebudayaan hanya dimiliki oleh masyarakat manusia, kedua kebudayaan yang dimiliki oleh manusia itu diturunkan melalui proses belajar dari tiap individu dalam kehidupan masyarakat, ketiga kebudayaan merupakan pernyataan perasaan dan pikiran manusia.
C.    Pandangan Para Ahli Tentang Kebudayaan
Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal kebudayaan. Juga dalam kehidupan sehari-hari, orang tak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan. Setiap hari orang melihat, mempergunakan, dan bahkan kadang-kadang merusak kebudayaan.
Ruang lingkup kajian budaya sangat luas dan hal ini kemudian membuat sejumlah ahli mencari arti kebudayaan. Diantaranya yaitu:
1.      Koentjaraningrat mendefinisikan budaya merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.
2.      Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi: Kebudayaan berarti semua hasil karya, rasa dan cipta oleh masyarakat.
3.      Ki Hajar Dewantara, menurut beliau kebudayaan adalah buah budi manusia atau hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang berupa bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
4.      E.B. Tylor (1871) mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral adat dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota dari suatu masyarakat. [5]
5.      A. L. Kroeber dalam bukunya yang berjudul Culture: A Critical Review Of Concepts Definitions, menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan kebudayaan adalah keseluruhan pola-pola tingkah laku dan pol-pola bertingkah laku baik secara eksplisit maupun implisit yang diperoleh dan diturunkan melalaui simbol yang akhirnya mampu membentuk sesuatu yang khas dari kelompok-kelompok manusia, termasuk perwujudan dalam benda-benda materi.
6.      J. J. Honigman (1954) membedakan ada fenomena kebudayaan atau wujud kebudayaan yaitu sistem budaya (sistem nilai, gagasan, dan norma-norma), sistem sosial (kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat) dan artefak atau kebudayaan fisik. Selain itu, C.Kluckhon juga mengatakan bahwa setiap kebudayaan makhluk manusia juga terdapat unsur-unsur yang bersifat universal yang meliputi : sistem organisasi sosial,sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi, sistem pengetahuan, kesenian, bahasa dan religi.
7.      C. Wissler dan A. Hobel secara mirip mengartikan kebudayaan sebagai perbuatan yang pada dasarnya merupakan insting yang selanjutnya dimodifikasi dan dikembangkan melalui proses belajar.
8.      R. Linton mengemukakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang unsur-unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu.
9.      Harsojo (1980:66) menemukan inti kebudayaan sebagai berikut :
a.       Kebudayaan yang terdapat diantara umat manusia itu sangat beraneka ragam.
b.      Kebudayaan itu didapat dan diteruskan secara sosial dan dengan pelajaran.
c.       Kebudayaan itu terjabarkan dari komponen-komponen biologis,psikologisdan sosiologis dari eksistensi manusia.
d.      Kebudayaan itu terstruktur.
e.       Kebudayaan itu terbagi dalam beberapa aspek.
f.       Kebudayaan itu dinamis.
g.      Nilai-nilai dari dalam kebudayaan itu relatif.
10.  Roucek dan Warren mengatakan bahwa kebudayaan itu bukan saja merupakan seni dalam hidup, tetapi juga benda-benda yang terapat disekeliling manusia yang dibuat oleh manusia. Maka dari itu mereka mendefinisikan kebudayaan sebagai cara hidup yang dikembangkan oleh sebuah masyarakat guna memenuhi keperluan dasarnya untuk bertahan hidup.
11.  Herkovits dan Malinowski memberikan definisi kebudayaan sesuatu yang super organik. Karena kebudayaan yang turun temurun dari generasi ke generasi tetap hidup terus menerus dan berkesinambungan. Meskipun orang-orang yang hidup menjadi anggota masayarakatnya silih berganti disebabkan oleh irama kematian dan kelahiran.
12.  Hasan Syadily mengemukakan bahwa kebudayaan berarti keseluruhan dari hasil manusia yang hidup bermasyarakat,berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagaian anggota masyarakat yang merupakan kepandaian,kepercayaan, kesenian, moral hukum, adat istiadat dan lainnya.
13.  Sudikin, Basrowi, dan Agus Wijaya mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
14.  Syani (2002) mengemukakan, bahwa kebudayaan adalah hal yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Dari berbagai pengertian kebudayaan menurut para ahli diatas, kami menyimpulkan bahwa kebudayaan adalah segala tindakan manusia, baik berupa daya guna dan hasil guna yang berasal dari proses sosialisasi didalam kehidupan yang meliputi kesenian, moral, bahasa, religi/kepercayaan, sistem, hukum dan adat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia.
Untuk melengkapi pengertian mengenai kebudayaan, kami akan menjelaskan sedikit mengenai unsur-unsur kebudayaan agar lebih memperjelas gambaran mengenai kebudayaan.
Kontjaraningrat (1987) mengungkapkan tujuh aspek kebudayaan dengan susunan sebagai berikut.
1.      Sistem religi dan upacara keagamaan.
2.      Sistem dan organisasi kemasyarakatan.
3.      Sistem pengetahuan.
4.      Bahasa.
5.      Kesenian.
6.      Sistem mata pencaharian hidup.
7.      Sistem teknologi dan peralatan.[6]














BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Istilah kebudayaan atau Culture dalam bahasa Inggris, berasal dari kata kerja dalam bahasa Latin colere yang berarti bercocok tanam (cultivation) dan dikalangan pemeluk agama Kristen istilah cultura juga dapat diartikan sebagai ibadah atau sembahyang (worship). Dalam bahasa Indonesia, kata kebudayaan berasal dari bahsa sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau akal) dan adakalanya juga ditafsirkan bahwa kata budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk ‘budi-daya’yang berarti daya dari budi., yaitu berupa cipta, karsa dan rasa. Karenanya ada juga yang mengartikan bahwa kebudayaan merupakan hasil dari cipta, karsa dan rasa oleh manusia.
Sampai saat ini banyak sekali definisi mengenai konsep kebudayaan. Namun demikian, pada intinya definisi-definisi tersebut tidak jauh berbeda. Kebudayaan yang terdapat di seluruh permukaan bumi adalah hasil budidaya manusia. Kebudayaan tersebut muncul karena manusia saling berinteraksi. Interaksia antar manusia tersebut kemudian membentuk suatu komunitas sosial.
Ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai konsep dan definisi kebudayaan yaitu: Koentjaraningrat, Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi, Ki Hajar Dewantara, E.B. Tylor (1871), Albert L. Kroeber, J. J. Honigman (1954), C.Kluckhon, C. Wissier dan A. Hobel, R. Linton, Harsojo (1980), Roucek dan Warren, Herkovits dan Malinowski, Hasan Syadily, Sudikin, Basrowi, dan Agus Wijaya, serta yang terakhir adalah Syani (2002).
Dari berbagai pengertian kebudayaan menurut para ahli, kami menyimpulkan bahwa kebudayaan adalah segala tindakan manusia, baik berupa daya guna dan hasil guna yang berasal dari proses sosialisasi didalam kehidupan yang meliputi kesenian, moral, bahasa, religi/kepercayaan, sistem, hukum dan adat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Poerwanto, Hari, Poerwanto, 2010, Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Zulfa Elisabeth, Misbah, 2015, Antropologi Kajian Budaya dan dinamikanya., Semarang: CV.Karya Abadi.

Arif, Syaiful, 2010, Refilosofi Kebudayaan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Basrowi, 2014, Pengantar Sosiologi, Bogor: Ghalia Indonesia.


[1] Dr. Hari Poerwanto.  Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010) hlm. 51-52
[2] Dr.Hj. Misbah Zulfa Elisabeth,M.Hum. Antropologi Kajian Budaya dan dinamikanya. (Semarang: CV.Karya Abadi,2015) hlm. 53
[3] Dr. Hari Poerwanto.  Op.cit hlm 51
[4] Syaiful Arif, Refilosofi Kebudayaan.( Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2010) hlm. 36
[5] Dr. Hari Poerwanto, Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) hlm. 52
[6] Dr. Basrowi, M.S., Pengantar Sosiologi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014) hlm. 75

Tidak ada komentar:

Posting Komentar