Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 14 Desember 2016

SEJARAH AWAL PERTUMBUHAN ISLAM MASA NABI MUHAMMAD DI MAKKAH



Makalah
SEJARAH AWAL PERTUMBUHAN ISLAM MASA NABI MUHAMMAD
DI MAKKAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Drs. H. M. Mudhofi, M.Ag.

   
Disusun Oleh :
Ahmad Ali As’adi                  (1501046003)
Ainis Shofwah Mufarriha       (1501046031)
Ainurrika Nadhifa                   (1501046033)

PMI-A1
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Peradaban adalah suatu proses perubahan cara hidup manusia. Dalam hal ini, kemajuan yang dicapai meliputi aspek bahasa, kesenian, ilmu pengetahuan, sosial, politik, hukum, dan agama. Dalam prosesnya, peradaban berjalan secara terus menerus dalam waktu yang sangat lama. Pada saat seluruh dunia tenggelam dalam arus kebohongan dan jauh dari sinaran tauhid, khususnya Arab, muncul seorang tokoh besar dalam sejarah sepanjang masa. ia mengantarkan masyarakat yang kacau menjadi masyarakat yang terbimbing, terdidik, dan melepaskan kemusyrikan menuju tauhid. Ia adalah Nabi Muhammad yang terkenal sebagai pembawa risalah rahmatan lil ‘alamin. Periode Rasulullah merupakan masa cikal bakal pembentukan peradaban Islam. Dalam masa diuraikan dinamika yang terjadi pada masyarakat muslim dalam upaya merintis penegakan risalah Islam di sekitar jazirah Arab.
Kajian tentang The Islamic Civilization atau peradaban Islam tidak bisa dilepaskan dari peradaban Arab sebagai tempat lahir dan berkembangnya agama Islam. Oleh karena itu, terkadang peradaban ini disebut peradaban Arab, karena pertama kali peradaban ini muncul di kalangan bangsa Arab, meskipun kemudian dikembangkan oleh generasi Islam dari selain bangsa Arab. [1] Jazirah Arab dan kota Makkah adalah kesatuan yang utuh yang melingkupi sejarah berkembangnya Islam yang perlu diulas dan diketahui. Oleh karena itu, dalam makalah ini, akan dijelaskan bagaimana kondisi yang ada di Arab pada awal masuknya Islam, penentangan dan penerimaan Islam oleh Nabi Muhammad, faktor-faktor yang mendasari penentangan dan penerimaan itu, strategi dan prestasi dakwah Nabi, serta pelajaran penting kajian-kajian tersebut dalam pengembangan peradaban Islam di masa kini dan masa depan, yang semuanya akan dirangkum pada pembahasan di dalam makalah ini.
2.      Rumusan Masalah

1.      Bagaimana kondisi sosial, politik, ekonomi, budaya, dan agama masyarakat Arab pada awal masuknya Islam?
2.      Apa saja tantangan yang dihadapi Nabi Muhammad?
3.      Apa saja kelompok yang menentang maupun yang mendukung?
4.      Apakah faktor-faktor yang mempengarui kelompok penentang dan pendukung?
5.      Bagaimana strategi dakwah Nabi Muhammad?
6.      Apa prestasi dakwah Nabi Muhammad di Makkah?
7.      Apa pelajaran terpenting kajian ini bagi pengembangan peradaban Islam di masa kini & masa depan?
                                                                          




PEMBAHASAN
1.      Kondisi sosial, politik, ekonomi, budaya, dan agama masyarakat Arab pada awal masuknya Islam
·         Dalam kehidupan sosial masyarakat Arab, perempuan dianggap membawa aib. Kebanyakan wanita tidak ada harganya di mata masyarakat. Mereka dianggap tidak lebih dari barang yang dijual-belikan di pasar.mereka tidak dapat menjadi pewaris suami atau orang tua. Laki-laki dengan semaunya bisa menikah dengan wanita yang banyak, sedangkan wanita hampir tidak. Apabila dikalangan mereka kalah dalam peperangan,  maka istri dan anak perempuannya akan diperkosa beramai-ramai oleh suku yang menang dalam peperangan sehingga lebih baik bagi perempuan untuk dibunuh terlebih dahulu. Mengenai kasus penguburan anak perempuan hidup-hidup, itu tidak berlaku pada semua suku Arab, tradisi itu berlaku pada beberapa suku diantaranya pada Bani Tamim dan Bani As’ad. Mereka membunuh anak-anak karena punya keyakinan, bahwa anak (kebanyakan perempuan) adalah penyebab kemiskinan dan keluarga menjadi malu.[2] Selain itu, hidup masyarakat pada saat itu hanya mengikuti hawa nafsu, berjudi, saling berperang satu sama lain, dan yang kuat menguasai yang lemah.[3]
·         Sedangkan didalam kehidupan politik, aturan yang berlaku disana adalah adat kesukuan. Bahkan aturan adat kesukuan ini berlaku hingga di lingkungan kerajaan yang notabene merupakan lingkungan kota di jazirah Arabia. Seperti kerajaan Yaman di Arab bagian selatan, kerajaan Hairah di Arab bagian timur laut, dan kerajaan Ghassasanah di Arab bagian barat laut. Mereka tidak melebur menjadi satu golongan, akan tetapi terpecah menjadi beberapa kabilah dan setiap kabilah fanatik dengan kabilahnya masing-masing. Pemimpin kabilah dipilih dan diangkat oleh kalangan mereka sendiri dan untuk menjadi pemimpin kabilah harus memiliki beberapa kriteria tertentu, diantaranya adalah pemberani, berwibawa, karismatik, dan lain sebagainya. Pemimpin kabilah memiliki hak, baik yang bersifat moral maupun material. Diantara hak moral bagi seorang pemimpin kabilah adalah mendapat penghormatan, penghargaan, dipatuhi segala perintahnya, memutuskan dan menjatuhkan hukuman. Adapun hak materialnya adalah dia mendapatkan seperempat dari harta rampasan perang, dan sebelum harta rampasan perang dibagian, dia juga berhak untuk mengambil sebagiannya atas nama pribadi. Selain itu, dia juga berhak mendapat harta yang didapatkan dari musuh sebelum perang dimulai. Dan setelah harta rampasan perang dibagikan, dia juga berhak mendapatkan kelebihannya.[4]
·         Kehidupan ekonomi penduduk jazirah Arab berbeda-beda, karena terbagi atas dua bagian yaitu penduduk kota (ahl al-hadhara) dan penduduk pedalaman (ahl al-badwi). Penduduk kota tinggal dan menetap di kota-kota jazirah Arab dengan mata pencaharian utama berdagang dan bercocok tanam. Kafilah perdagangan dari kota Makkah menjadi penghubung bagi hasil-hasil perdagangan antara dunia Timur dan Barat. Mereka membeli barang dagangan dari India dan Tiongkok di Yaman kemudian menjualnya ke Syria. Dan setibanya di Syria mereka membeli barang-barang perdagangan dari Eropah dan dijual di Yaman. Penduduk yang bercocok tanam mengusahakan perkebunan tanaman pangan terutama kurma. Sedangkan kaum Badwi adalah penduduk yang mendiami daerah pedalaman. Cara hidup mereka adalah nomaden atau berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah yang lain. Mereka tidak mempunyai perkampungan yang tetap. Cara hidup nomaden ini sesuai dengan keadaan alam jazirah Arab. Jazirah ini sebagian besar terdiri dari padang pasir dan tanah pegunungan. Disana sini diselingi oleh oase. Oleh karena keadaan alam demikian itulah maka satu-satunya matanpencaharian mereka adalah berternak. Binatang-binatang yang diternakkan adalah kambing, biri-biri, kuda, dan terutama unta. Unta dan kuda memegang peranan penting dalam kehidupan padang pasir. Bagi kaum Badwi, unta itu berarti binatang yang memberi bekal sehari-hari, alat pengangkutan dan alat tukar menukar serta dagingnya untuk dimakan.[5]
·         Kebudayaan Arab Jahiliyah terdiri atas kebudayaan material dan kebudayaan non material. Kebudayaan material pada zaman itu yaitu bendungan Ma’rib dan Ka’bah. Bendungan Ma’rib merupakan bendungan yang dibangun pada abad kedua sebelum masehi yang membendung sungai yang mengalir di antara dua gunung pada celahnya yang sempit. Dipuncaknya dibuat saluran air yang mampu mengaliri tujuh puluh lembah yang membutuhkan pengairan dalam pengolahan tanahnya. Pembuatan bendungan menunjukkan adanya keahlian dan tehnik yang sudah maju dari bangsa Arab itu. Berkurangnya perhatian dan tidak adanya pemeliharaan menyebabkan robohnya bendungan ini di pertengahan abad kedua Masehi yang menyebabkan “sail al-arim” atau banjir besar. Banjir itu melanda kerajaan yang berada di sekitar Yaman dan meruntuhkannya sehingga bekas-bekasnya sulit dilacak.
Bangunan suci yang terpenting dan paling masyhur dikalangan bangsa Arab adalah Ka’bah. Dibangun oleh Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail. Kemudian dipelihara oleh keturunan Amaqilah. Pada masa keturunan Jurhum memegang kekuasaan di Hijaz, Ka’bah diperbaiki oleh mereka pada abad ke lima Masehi oleh Qusai bin Kilab. Dan kira-kira lima tahun sebelum kerasulan diperbaiki lagi oleh bangsa Quraisy yang berdiam di seputar tanah Haram. Ka’bah terbuat dari batu gunung dan berbentuk kubus. Ka’bah dihormati dan disucikan oleh kabilah-kabilah Arab maupun agama yang dianutnya. Rumah suci ini memiliki daya tarik untuk diziarahi tiap tahun pada bulan-bulan haram.
Sedangkan kebudayaan non materialnya adalah syair, amtsal, tenun dan ramalan. Berbagai syair Arab telah dijumpai di daerah Arab selatan, semenjak abad ketiga dan keempat sesudah Masehi. Pada zaman itu, di Ukaz setiap tahun diadakan pasar tahunan dimana orang mengadakan sayembara mengarang syair. Syair yang terpilih dan dipandang baik akan dituliskan dengan air mas dan digantungkan di Ka’bah, yang disebut muallaqat. Pengarangnya ternama dan dihormati orang. Disamping syair sebagai hasil sastra yang bernilai tinggi, ada juga “amtsal” atau pepatah Arab. Berbeda dengan syair yang merupakan ungkapan perasaan penyair, dan terikat oleh (kafiah) atau persajakan, amtsal berasal dari orang awam sehingga lepas dari ikatan persajakan tetapi mengandung buah fikiran yang umum. Yaitu yang menggambarkan alam sekitar dimana bangsa itu hidup. Kahin (tukang tenun dan ramal) mempunyai kedudukan terpandang di tengah-tengah masyarakat. Malah ditakuti sebabadanya kepercayaan terhadap keampuhan jimat, tangkal, dan semacamnya. Mereka dipercaya dapat bergaul dengan jin atau syetan yang memberinya kekuatan magik dan dapat digunakan untuk menyihir, mengobati, dan sebagainya.
·         Bangsa Arab sebelum Islam telah menganut agama yang mengakui Allah sebagai Tuhan mereka. Kepercayaan ini diwarisi secara turun-temurun sejak Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS yang disebut dengan Hanif. Yaitu kepercayaan mengakui keesaan Allah sebagai pencipta alam, Tuhan yang menghidupkan dan mematikan, Tuhan yang memberi rizki, dan sebagainya. Kepercayaan kepada Allah tersebut tetap diyakini oleh bangsa Arab sampai kerasulan Muhammad SAW, hanya saja dicampur baurkan dengan tahayul dan kemusyrikan, mensekutukan Tuhan dengan sesuatu dalam menyembah dan memohon kepadaNya. Seperti jin, roh, hantu, bulan, matahari, tumbuhan, berhala, dan sebagainya. Kepercayaan yang menyimpang dari agama Hanif disebut agama Watsaniyah, yaitu agama yang mempersyarikatkan Allah dengan mengadakan penyembahan kepada: Anshab (batu yang belum memiliki bentuk), Autsan (patung yang terbuat dari batu), dan Ashnam (patung yang terbuat dari kayu, emas, perak, logam, dan yang tidak terbuat dari batu). Tidak semua orang Arab jahiliyah penyembah “Watsaniyah”, ada beberapa kabilah yang menganut agama Yahudi dan agama Masehi (Nasrani). Agama Yahudi dianut oleh bangsa yahudi yang termasuk rumpun bangsa Samiyah (Semit). Asal usul Yahudi berpangkal pada Nabi Ibrahim. Bangsa ini juga disebut bangsa Israel, yaitu turunan Nabi Ya’kub bin Ibrahim. Nama Yahudi disandarkan pada Yahuda, salah seorang dari dua belas putera Nabi Ya’kub. Agama Yahudi sampai ke jazirah Arab dibawa oleh bangsa Israil dari negeri Asyur. Mereka diusir oleh kerajaan Romawi yang beragama Masehi. Al-Masih (Nabi Isa AS) dibangkitkan untuk menyeru kaum Bani Israil untuk menyembah Allah, berbudi luhur, menyayangi si lemah, zuhud dari kehidupan dunia dan memperbanyak amalan ukhrawiyah. Ajaran-ajaran Al-Masih disirkan oleh sahabat-sahabatnya. Sabda Al-Masih dan ceritanya dihimpun dalam kitab Injil. Agama ini mulai tumbuh dalam kekuasaan kerajaan Romawi, terutama pada zaman Konstantin Agung.

2.      Tantangan yang dihadapi Nabi di Makkah
Pada umumnya, orang kafir Quraisy tidak senang menerima kehadiran agama Islam di tengah-tengah kehidupan mereka. Para tokoh masyarakatnya mulai menyebarkan isu yang tidak benar mengengai ajaran yang dibawa Nabi Muhammad S.A.W. sebagai salah satu cara untuk mengambat gerakan islamisasi sehingga banyak masyarakat yang terpengaruh oleh isu-isu yang menimbulkan fitnah tersebut. Salah seorang tokoh masyarakat Quraisy yang selalu menghalangi gerakan dakwah Nabi Muhammad adalah Abu Lahab. Ia mulai menghasut masyarakat Arab Quraisy supaya membenci Nabi Muhammad dan Islam. Bahkan Abu Thalib, paman Nabi yang memelihara dan mengasunya sejak kecil juga dihasut untuk melarang Nabi Muhammad agar tidak menyebarkan agama Islam. Bahkan Abu Talib sering mendapat ancaman dan dipaksa untuk memenuhi keinginan masyarakat Quraisy tersebut.
 Orang kafir juga membujuk Nabi agar Nabi menghentikan dakwah dengan tawaran mendapat harta yang melimpah dan wanita yang cantik. Namun Nabi menolaknya. Mereka yang tidak senang ajakan Rasulullah, terus berusaha dan mengganggu merintangi dakwah Nabi dengan berbagai cara, termasuk penyiksaan dan pembunuhan. Diantara sahabat Nabi Muhammad S.A.W. yang mendapat siksaan dari kafir Quraisy adalah Bilal bin Rabbah, Yasir, Amr bin Yasir, Sumaiyyah (istri Yasir) Kabbab bin Aris, Ummu Ubais, Zinnirah, Abu Fukaihah, al-Nadyah, Amr bin Furairah dan Hamamah. Mereka menerima siksaan diluar batas kemanusiaan. Misalnya, dipukul, dicambuk, tidak diberi makan dan minum. Bilal dijemur dibawah terik sinar matahari dan ditindih batu besar. Istri Yasir yang bernama Sumaiyyah, ditusuk dengan lembing sampai terpanggang.[6]
Kebencian musyrikin Quraisy terhadap Nabi Muhammad semakin meningkat manakala mereka menyaksikan penganut Islam terus bertambah. Tidak hanya penghinaan yang ditimpa Nabi melainkan juga rencana pembunuhan yang dilakukan oleh Abu Sufyan. Kegagalan musyrikin Quraisy menghalangi dakwah Nabi dikarenakan beliau dilindungi oleh Bani Hasyim dan bani Muthalib. Menyadari hal itu, musyrikin Quraisy membunuh kedua keluarga besar itu. Belum sembuh kepedihan yang dirasakan Nabi Muhammad akibat aksi kaum Quraisy itu, Abu Thalib dan Siti Khadijah meninggal dunia. Oleh karena itu, tahun itu dikenal dengan tahun kesedihan (‘amul husni).[7]
3.      Kelompok yang menentang dan mendukung dakwah Nabi Muhammad S.A.W.
Dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah, baik secara diam-diam maupun secara terbuka, mendapat tanggapan (respon) yang beragam dari kalangan masyarakat Makkah. Kelompok yang menentang adanya dakwah Rasulullah, salah satunya berasal dari kaum kafir Quraisy. Wujud penentangan dari kaum kafir Quraisy yaitu ketika Rasulullah menyampaikan pidato, masyarakat mendustakan dan mengejeknya. Diantara yang mendustakan itu adalah Abu Lahab dan istrinya yang notabene adalah paman Rasulullah sendiri. Mendegar seruan untuk memeluk Islam, Abu Lahab berkata kasar, “Kurang ajar kau hai Muhammad! Apakah hanya untuk ini kau kumpulkan kami?” kemudian Abu Lahab mengambil batu dan melemparkannya kepada nabi Muhammad S.A.W. Dalam mengadapi peristiwa itu, beliau bersikap tenang dan berjiwa besar. Ia hadapi semuanya dengan kesabaran dan tawakkal kepada Allah.[8]
Sedangkan sejumlah kecil mereka yang menerima ajaran Islam adalah para sahabat dan keluarga dekat Rasulullah. Diantaranya yaitu, istri Rasulullah yang bernama Siti Khodijah. Sahabat nabi yang menyatakan keislamannya dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan As-sabiqunal Awwalun. Yaitu, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrohman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Al-Arqam bin Abi Al-Arqam.[9]
4.      Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Makkah menentang dan mendukung dakwah Nabi Muhammad
            Di dalam berdakwah menyiarkan Islam, Nabi mendapatkan bermacam-macam perlakuan dari masyarakat Makkah. Ada yang menentang dan adapula yang mendukung.
Bagi masyarakat yang menentang, faktor yang mendasari penentangan merekapun beragam. Salah satunya adalah karena faktor sosial dan keagamaan. Suatu hari, saat pengikut Islam telah mencapai empat puluh orang, Nabi SAW pergi ke Ka,bah di Masjidil Haram dan mengucapkan ‘Syahadah’ (persaksian) dengan suara yang keras : “Asyhadu al-la-ilaha illallahu wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuluh” (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya). Tindakan ini dipandang sebagai penghinaan yang amat besar terhadap Ka’bah dan adat istiadat Quraisy. Maka muncullah kerusuhan, orang-orang kafir mulai menyerang Nabi. Tetapi Nabi Muhammad dan para pengikutnya tetap meneruskan missi mereka dan menyatakan secara terbuka bahwa berhala-berhala mereka (kafir Quraisy) tidak bisa memberi manfaat maupun kerugian. Nabi memerintahkan mereka untuk berbuat baik antar sesama dan menghindari kemungkaran. Ajaran-ajarannya merupakan senjata pamungkas bagi istiadat dan cara hidup bangsa Quraisy yang salah. Sedang orang Quraisy menganggapnya sebagai penghinaan terhadap kepercayaan serta nenek moyang mereka. Awal keberhasilan Rasulullah merupakan sesuatu yang menyakitkan bagi orang Quraisy. Karena itu mereka berusaha dengan segala daya untuk menakut-nakuti para pemeluk Islam yang baru dan berusaha menurunkan popularitas Nabi yang sedang menanjak. Mereka meramalkan bahaya, yang mereka sebut sebagai harkat dan prestise dalam Islam, karena Islam menjanjikan persamaan bagi seluruh manusia dan kebebasan berpikir. Padahal tokoh Quraisy tidak menyukai hal ini. [10]
Disamping alasan sosial dan keagamaan, adapula alasan politis di balik permusuhan bangsa Quraisy terhadap Rasulullah. Bangsa Quraisy merupakan bangsa yang memimpin Jazirah Arabia, Masjid al-Haram dan Ka’bah, Baitullah, menjadikan Makkah sebagai posisi sentral ditengah-tengah berbagai suku dan bangsa di Arabia. Mereka dipandang sebagai yang paling terhormat dan sebagai pemegang amanah Rumah Allah (Baitullah). Bagi mereka menerima iman baru berarti harus mengakhiri adat-istiadat lama, akibatnya mereka akan kehilangan posisi penting tersebut yang telah mereka duduki selama berabad-abad. Selain itu, satu cabang dari bangsa Quraisy, Bani Hasyim keluarga Nabi SAW, kehilangan kursi pimpinan dari Bangsa Quraisy setelah ‘Abdul Muththalib meninggal. Kursi kekuasaan beralih ke keluarga Bani Umayyah ketika Nabi kita memaklumkan kenabiannya setelah mendapat wahyu. Padahal sejak lama telah ada permusuhan antara Bani Hasyim dan Bani Umayyah. Bani Umayyah tentu akan kehilangan superioritas bila missi Muhammad diterima. Tidak hanya Bani Umayyah yang menentang Nabi Muhammad, tapi juga suku-suku lain yang telah menduduki jabatan dalam Bangsa Quraisy kala itu.[11]
Sedangkan untuk kelompok yang mendukung dan menerima dakwah Nabi Muhammad, yaitu keluarga dan sahabat Nabi serta masyarakat Makkah yang memeluk Islam, mereka mengimani agama Islam karena mereka yakin bahwa Nabi Muhammad merupakan Nabiyullah yang diutus untuk menyebarkan Islam. Jelasnya, mereka yang masuk Islam saat itu sama sekali bukan termotivasi untuk mendaptakan hal yang bersifat duniawi. Jauh dari itu, mereka memeluk Islam didorong oleh keimanan yang Allah telah tumbuhkan dihati mereka untuk menerima Islam sebagai agama mereka dan membela Nabi mereka.[12]
5.      Strategi dakwah Nabi Muhammad
Dalam menjalankan dakwah, Nabi Muhammad memiliki strategi atau cara tertentu agar masyarakat memeluk islam. Tentu saja strategi tersebut Nabi sesuaikan dengan kondisi dan keadaan masyarakat kota Makkah serta menghargai ajaran yang telah ada. Adapun strategi dakwah Nabi yaitu dakwah secara sembunyi-sembunyi (tertutup) dan dakwah secara terbuka.
a)      Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Didalam awal kenabiannya, Nabi Muhammad langsung mendakwahkan beberapa perintah Allah yang diturunkan kepadanya. Perintah-perintah itu terlihat dengan sagat jelas dalam beberapa ayat al-Qur’an yang diturunkan setelah turunnya lima ayat pertama surah al-‘Alaq. Bunyi perintah Allah yang harus beliau dakwahkan pertama kali kepada umat manusia adalah, “Hai orang-orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.” (QS. Al-Muddatstsir:1-7). [13]
Memang perintah disini belum ditunjukkan secara khusus kepada siapapun. Yang penting adalah memulai memberikan peringatan. Memulainya terserah kepada Rasulullah, ditunjukkan kepada siapa saja. Namun, dari perintah “membersihkan pakaian” dapat dipahami bahwa yang pertama adalah “pakaian” nabi. Dalam hal ini, istri dan orang-orang dirumah beliau. Memang kata ”pakaian” dapat juga dipahami dalam arti “istri” karena sejalan dengan firman-Nya di surat Al-Baqarah ayat 187 yang artinya: “Mereka (istri-istri kamu) adalah pakaian untuk kamu dan kamu pun (wahai para suami) adalah pakaian untuk mereka” [14]
Sejarah memberitakan bahwa realisasi perintah itu dilaksanakan oleh Rasul dalam bentuk rahasia yang ditunjukkan kepada orang-orang tertentu, baik keluarga beliau maupun teman-teman yang beliau anggap dapat menerima ajaran islam atau minimal tidak menimbulkan reaksi yang dapat menghalangi lajunya dakwah. Realisasi perintah ini secara terbuka dimulai setelah berlalu tiga tahun dari turunnya wahyu pertama, yakni dengan turunnya perintah Allah untuk memberi peringatan kepada keluarga terdekat beliau (QS. Asy-Syu’ara’ ayat 214)
Dapat dipastikan bahwa Siti Khodijah adalah manusia pertama yang percaya kepada Nabi Muhammad SAW. Istri pertama dan tercinta Nabi Muhammad itulah yang membenarkan dan mendukung beliau, yang kemudian disusul oleh Ali bin Abi Thalib yang juga orang dalam rumah. Zaid bin Haritsah kekasih dan bekas anak angkat beliau termasuk juga orang pertama yang memeluk islam. Abu Bakar ra. yang merupakan orang diluar keluarga yang mempercayai beliau karena Abu Bakar adalah teman akrab Nabi Muhammad sejak sebelum masa kenabian. Abu Bakar ra. memiliki pandangan jauh, kejernihan hati, dan pikiran. Beliau juga dikenal luas oleh masyarakat jahiliyah bukan saja karena kekayaan, ketampanan dan penampilannya yang selalu indah, tetapi juga karena pengetahuannya yang luas khususnya dalam bidang garis keturunan suku Quraisy. Termasuk juga dalam kelompok pertama pemeluk islam adalah putri-putri Nabi, walaupun tidak secepat Khodijah dan Ali, karena mereka telah berumah tangga (yakni berada diluar rumah) sehingga mereka tidak secepat orang dalam rumah yang mendengar berita Nabi SAW. Ketika jumlah pengikut Nabi telah mencapai sekitar tiga puluh orang, Nabi SAW. memilih kediaman al-Arqam bin al-Arqam yang juga telah memeluk islam, sebagai tempat pertemuan guna memperoleh bimbingan beliau dan juga tempat bagi mereka yang berminat memeluk islam untuk menyampaikan niatnya kepada Nabi SAW.[15]
b)      Dakwah Terbuka
Setelah sekian lama berdakwah secara tertutup dan rahasia, turun firman Allah memerintahkan untuk memberi peringatan kepada keluarga besar beliau yang terdekat dalam QS. Asy-Syu’ara’ ayat 214-216 yang artinya “peringatilah kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu dari orang-orang mukmin. Jika mereka (kaum musyrik) mendurhakaimu, maka katakanlah “sesungguhnya aku tidak bertanggungjawab terhadap apa yang kamu kerjakan”
Memenuhi perintah ini, Nabi SAW. menyiapkan santap siang dengan mengundang sekitar tiga puluh atau empat puluh orang dari keluarga terdekat beliau antara lain, Abu Thalib, Hamzah, Abbas, dan Abu Lahab. Selesai makan dan sebelum Nabi berbicara, Abu Lahab mengajak hadirin untuk meninggalkan rumah, sehingga Nabi SAW tidak sempat menyampaikan sesuatu yang penting.
Selain berdakwah kepada keluarga besarnya, yang juga termasuk dakwah secara terbuka, Nabi mulai melakukan dakwah ke masyarakat Makkah.
Tiga tahun lamanya Nabi Muhammad SAW berdakwah secara rahasia, ketika itu kaum musyrik belum menyadari betapa nabi Muhammad SAW dan dakwahnya dapat melakukan perubahan besar dalam masyarakat mereka, apalagi masyarakat dunia. Karena itulah, dakwah secara terang-terangan yang dilakukan oleh Nabi mendapat perlawanan dari kaum Quraisy.[16]
Setelah Nabi SAW merasa yakin terhadap janji pamannya, Abu Thalib, yang akan melindungi dalam menyampaikan wahyu dari Rabb-Nya, suatu hari beliau berdiri di bukit Shafa lalu berseru, “Ya Shabahah!” (seruan untuk menarik perhatian orang untuk berkumpul di waktu pagi hari dan biasa digunakan untuk berperang). Maka berkumpullah suku-suku Quraisy. Beliau mengajak mereka kepada tauhid dan beriman terhadap risalah beliau dan hari Akhir. Teriakan yang keras ini merupakan tujuan dari penyampaian dakwah. Rasulullah SAW menjelaskan kepada manusia dari kalangan kerabat terdekat beliau, bahwasanya pembenaran terhadap risalah ini adalah yang menghidupkan hubungan antara mereka dengan beliau. Dan sikap fanatik terhadap kerabat yang melekat pada bangsa Arab, akan meleleh karena panasnya seruan yang datang dari Allah tersebut. [17]
6.      Prestasi dakwah Nabi Muhammad di Makkah
Di perjalanan dakwah Nabi Muhammad, utamanya di Makkah, Nabi berhasil membuat perubahan pola hidup dan pola pikir masyarakat yang dahulunya jahiliyah menjadi mayarakat yang lebih maju berkat agama yang dibawanya, yaitu agama Islam. Meskipun tidak seluruh masyarakatnya memeluk Islam, namun secara tidak langsung Islam berhasil mengubah pola pikir dan pola hidup yang semula masih jahil (bodoh) dengan mendapat pencerahan Islam menjadi negara yang beradab. Kota Makkah merupakan kota awal penyebaran Islam oleh Nabi Muhammad. Nabi Muhammad dengan segala upayanya telah mengislamkan kaum musyrikin dan membawanya ke jalan yang benar.
7.      Pelajaran terpenting kajian ini bagi pengembangan peradaban Islam di masa kini dan masa yang akan datang
 Dalam sejarah peradaban agama Islam di Makkah, banyak hal yang dapat kita jadikan pelajaran di kehidupan. Utamanya bagi pengembangan peradaban Islam masa kini dan masa yang akan datang. Disini penulis mengaitkan antara ujian yang pernah dialami Rasulullah dengan kejayaan Islam masa kini dan masa yang akan datang. Karena, tanpa adanya perjuangan yang dilakukan Rasulullah, Islam tidak akan seberkembang dan sejaya sekarang bahkan nanti.
Keterkaitan ujian sangat erat. Sunatullah telah berputar, bahwa tidak mungkin umat tegak, jaya, kecuali setelah berlalu dengn tahapan-tahapan ujian yang berbeda-beda menghampiri mereka. Dengan adanya ujian, Allah memilih antara yang kotor dan yang bersih. Allah berkehendak menguji orang-orang mukmin untuk menguji iman mereka yang selanjutnya setelah itu, mereka akan meraih kejayaannya di muka bumi. Seseorang dapat dikatakan kokoh apabila ia telah diuji.[18]
Disini ditekankan bahawa pelajaran terpenting dalam kajian ini bagi pengembangan peradaban Islam di masa kini dan masa yang akan datang adalah berusaha menghadapi cobaan yang di berikan Allah serta senantiasa menegakkan Islam. Apabila seluruh generasi menegakkan Islam, seperti yang telah Rasulullah perjuangkan, bukan tidak mungkin peradaban Islam dapat menempati kursi kejayaan dimasa yang akan datang.


























PENUTUP
1.      Kesimpulan
Hidup masyarakat Arab pra-Islam hanyalah mengikuti hawa nafsu, seperti berjudi, saling berperang satu sama lain, berzina, dan sudah menjadi adat bahwa yang kuatlah yang berkuasa. Sedangkan didalam kehidupan politik, aturan yang berlaku disana adalah adat kesukuan. Mereka tidak melebur menjadi satu golongan, akan tetapi terpecah menjadi beberapa kabilah. Kehidupan ekonomi penduduk jazirah Arab berbeda-beda. Penduduk kota tinggal dan menetap di kota-kota jazirah Arab dengan mata pencaharian utama berdagang dan bercocok tanam. Sedangkan kaum Badwi (pedalaman) adalah penduduk yang mendiami daerah pedalaman memiliki mata pencaharian berternak. Kebudayaan Arab Jahiliyah terdiri atas kebudayaan material dan kebudayaan non material. Kebudayaan material pada zaman itu yaitu bendungan Ma’rib dan Ka’bah. Sedangkan kebudayaan non materialnya adalah syair, amtsal, tenun dan ramalan. Agama yang dianut pada masa awal masuknya Islam di Arab adalah agama Hanif (kepercayaan warisan Nabi Ibrahim), agama Yahudi dan agama Masehi.
Tantangan yang dihadapi Nabi : Para tokoh masyarakat Quraisy mulai menyebarkan isu yang tidak benar mengengai ajaran yang dibawa Nabi Muhammad S.A.W. Orang kafir juga membujuk Nabi agar Nabi menghentikan dakwah dengan tawaran mendapat harta yang melimpah dan wanita yang cantik, rencana dibunuhnya Nabi Muhammad oleh Abu Sufyan, meninggalnya Abu Thalib dan istri Nabi (Siti Khadijah) dan pemboikotan oleh kafir Quraisy.
Kelompok yang menentang adanya dakwah Rasulullah, salah satunya adalah dari kaum kafir Quraisy. Sejumlah kecil mereka yang menerima ajaran Islam adalah para sahabat dan keluarga dekat Rasulullah.
Faktor yang mendasari penentangan merekapun beragam. Salah satunya adalah karena faktor sosial dan keagamaan. Adapula alasan politis di balik permusuhan bangsa Quraisy terhadap Rasulullah. Mereka yang masuk Islam saat itu sama sekali bukan termotivasi untuk mendaptakan hal yang bersifat duniawi. Jauh dari itu, mereka memeluk Islam didorong oleh keimanan yang Allah telah tumbuhkan dihati mereka. Sedangkan strategi dakwah Rasulullah adalah secara sembunyi-sembunyi dan secara terbuka.
Nabi Muhammad dengan segala upayanya telah mengislamkan kaum musyrikin dan membawanya ke jalan yang benar.















DAFTAR PUSTAKA
‘Ali. Majid Khan, 1985, Muhammad SAW Rasul Terakhir, Bandung, Pustaka.
Abdul, M.  Karim, 2007, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta, Pustaka Book Publisher.
Al-Mubarakfuri. Shafiyurrahman, 2013, Sirah Nabawiyyah, Jakarta, Gema Insani.
Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depag RI, 1982, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Ujungpandang, IAIN Alauddin.
Murodi, 2009,  Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang, Karya Toha Putra.
Quraish. M.  Shihab, 2011, Membaca Sirah Nabi Muhammad S.A.W., Tangerang, Lentera H Muhammad ,Ali Ash-Shallabi, 2012, Sejarah Lengkap Rasulullah, Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar.
Rizqullah. Mahdi Ahmad, 2014, Biografi Rasulullah, Jakarta, Qisthi Press.
Syukur. Abdul al-Azizi, 2014, Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, Jogjakarta, Divapress.


     








[1] Abdul Syukur al-Azizi, Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, Jogjakarta, Divapress, 2014, hlm 10
[2] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta, Pustaka Book Publisher, 2007, hlm 51
[3] Abdul Syukur al-Azizi, Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, Jogjakarta, Divapress, 2014, hlm 21
[4] Prof. DR. Ali Muhammad Ash-Shallabi, Sejarah Lengkap Rasulullah, Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar, 2012, hlm 34
[5] Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depag RI, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Ujungpandang, IAIN Alauddin, 1982, hlm 4
[6] Dr. H. Murodi, MA, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang, Karya Toha Putra, 2009, hlm 9-10
[7] Abdul Syukur al-Azizi, Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, Jogjakarta, Divapress, 2014, hlm 20
[8] Dr. H. Murodi, MA, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang, Karya Toha Putra, 2009, hlm 7
[9] Ibid. Hlm 6
[10] Dr. Majid ‘Ali Khan, Muhammad SAW Rasul Terakhir, Bandung, Pustaka, 1985, hlm 64
[11] Ibid. Hlm 65
[12] Prof. DR. Ali Muhammad Ash-Shallabi, Sejarah Lengkap Rasulullah, Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar, 2012, hlm 143
[13] DR. Mahdi Rizqullah Ahmad, Biografi Rasulullah, Jakarta, Qisthi Press, 2014, hlm 183
[14] M. Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad S.A.W., Tangerang, Lentera Hati, 2011, hlm 335
[15] Ibid. Hlm 338
[16] Ibid. Hlm 342
[17] Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyyah, Jakarta, Gema Insani, 2013, hlm 49-50
[18] Prof. DR. Ali Muhammad Ash-Shallabi, Sejarah Lengkap Rasulullah, Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar, 2012, hlm 200

1 komentar:

  1. Best merit casino sites to play for free
    In fact, you 메리트카지노총판 can play with hundreds of casino games from the best developers 1xbet in the market right now. You can also win a welcome bonus by หารายได้เสริม visiting our

    BalasHapus