Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 12 Desember 2016

FALSAFAH KESATUAN ILMU: INTEGRASI SAINS MODEL FAZLUL RAHMAN



INTEGRASI SAINS MODEL FAZLUR RAHMAN
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Falsafah Kesatuan Ilmu
Dosen Pengampu : Dr. Ilyas Supena, M.Ag.


 Disusun oleh :
Ahmad Dini Faiza Rosyadi                (1501046029)
Yessi Anggraeni Novalita Devi          (1501046030)
Ainis Shofwah Mufarriha                   (1501046031)



JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata intregrasi bersal dari bahasa latin yaitu integer, yang berarti utuh atau menyeluruh. Berdasarkan arti etimologisnya itu, intregrasi dapat diartikan sebagai pembaruan sehingga menjaadi kesatuan yang utuh atau bulat. Intregrasi juga berasal dari bahasa Inggris ‘’Integration’’ yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan.
Sedangkan sains adalah berasal dari bahasa latin yaitu ‘’scientia’’ yang artinya pengetahuan. Jadi sains adalah suatu cara untuk mempelajari berbagai aspek –aspek tertentu dari alam secara terorganisir, sistematik, dan melalui beberapa metode tertentu. Ruang lingkup sains juga dibatasi oleh indera seperti penglihatan, sentuhan, pendengaran, rabaan, dan pengecapan atau dapat dibilang sains itu pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian. Jadi antara intregasi dan sains itu saling berkaitan
 Kemunculan berbagai pemikiran dan klasifikasi sains menurut tokoh-tokoh atau filusuf dari seluruh penjuru dunia menimbulkan banyak respon yang datang. Banyak tokoh yang berupaya mengintegrasikan sains agar terdapat penyempitan dan pengerucutan makna dari hasil pemikiran tokoh-tokoh terdahulu sebagai langkah untuk menghindari kebingungan dari khaklayak terhadap sains. Dengan seiring berkembangnya zaman munculah para pemikir-pemikir intelektual muslim dari seluruh penjuru dunia seperti Sayyed Hossein Nasr, Sayyed Naquib al-Attas, Ismail Raji al-Faruqi, Fazlur Rahman, Amin Abdullah dan masih banyak lagi yang lainya. Dari sekian pemikir-pemikir intelektual muslim maka diambil satu tokoh yaitu Fazlur Rahman. Dalam makalah ini akan menjelaskan tentang biografi Fazlur Rahman, integrasi sains menurut pemikiran Fazlur Rahman, dan karya-karya Fazlur Rahman.
B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana  biografi Fazlur Rahman ?
2.      Bagaimana perkembangan pemikiran, integrasi sains dan karya-karya Fazlur Rahman ?



BAB II
PEMBAHASAN

A.                 Biografi Fazlur Rahman
Fazlur Rahman lahir pada tanggal 21 september 1919 di daerah Hazara, (anak benua India) yang sekarang terletak di sebelah barat Laut Pakistan. Pertama-tama di didik dalam sebuah keluarga Muslim yang taat beragama. Ayahnya, Maulana Sahab al-Din adalah seorang alim yang terkenal lulusan Deoband. Rahman kecil beruntung memiliki seorang ayah yang betul-betul memperhatikan pendidikanya. Ayahnya memperhatikan Rahman dalam hal mengaji dan menghafal al-Qur’an. Sehingga, pada umur sepeuluh tahun, Rahman telah hafal al-Qur’an seluruhnya. Pendidikan dalam keluarganya benar-benar efektif dalam membentuk watak dan kepribadiannya untuk dapat menghadapi kehidupan nyata. Menurut Rahman, ada beberapa faktor yang telah membentuk karakter dan kedalaman beragama. Di antara faktor-faktor tersebut yang penting adalah ketekunan ayahnya dalam mengajarkan agama kepadanya di rumah dengan disiplin tinggi sehingga dia mampu mengahadapi berbagai macam peradaban dan tantangan di alam modern, di samping pengajaran dari ibunya, terutama tentang kejujuran, kasih sayang, serta kecintaan sepenuh hati darinya.
Hal penting lain yang telah memengaruhi pemikiran keagamaan Rahman adalah bahwa dia dididik dalam sebuah keluarga dengan tradisi mazhab Hanafi, sebuah mazhab Sunni yang lebih banyak menggunakan rasio (ra’yu) dibandingkan dengan mazhab Sunni lainya. Selain itu, di India ketika itu telah berkembang pemikiran yang agak liberal seperti yang di kembangkan oleh Syah Waliullah, Sayid Ahamad Khan, Sir Sayid, Amir Ali, dan Muhammad Iqbal. Kemudian, pada tahun 1933, Rahman melanjutkan studinya ke Lahore dan memasuki sekolahan modern. Pada tahun 1940, dia menyelesaikan  B.A.-nya dalam bidang bahasa Arab pada Universitas Punjab. Kemudian, dua tahun berikutnya (1942), ia berhasil menyelesaikan Masternya dalam bidang yang sama pada Universitas yang sama pula.
Empat tahun kemudian, tahun 1946, Rahman berangkat ke Inggris untuk melanjutkan studinya di Universitas Oxford. Dibawah bimbingan Profesor S. Van de Bergh dan H. A. R. Gibb, Rahman menyelesaikan program Ph.D.-nya pada tahun 1949, dengan desertasi tentang Ibn Sina. Dua tahun berikutnya desertasi tersebut diterbitkan oleh Oxford University Pers dengan judul Avecinna’s Psychology. Pada tahun 1959 karya suntingan Rahman dari Kitab al-Nafs  karya Ibn Sina diterbitkan oleh penerbit yang sama denagan judul Avecinna’s De Anima.
Ketika kuliah di Universitas Oxford, lembaga pendidikan yang telah maju di Barat, Rahman mempunyai kesempatan mempelajari bahasa-bahsa Barat. Paling tidak, menguasai bahsa Latin, Yunani, Inggris, Jerman, Turki, Arab, dan Urdu. Penguasaan bahasa yang bagus sangat membantunya, terutama dalam studi-studi Islam melalui penelusuran literatur-literatur keislaman yang di tulis oleh para orientalis dalam bahasa-bahasa mereka.
Setelah selesai kuliah di Universitas Oxford, ia tidak langsung pulang ke negerinya, Pakistan. Rahman kemudian mengajar selama beberapa tahun di Durham University, Inggris, dan selanjutnya di Institute of Islamic Studies, McGill University, Canada. Ketika di Durham University, ia berhasil menyelesaikan karya orisinalnya yang berjudul  Prophecy in Islam: Philoshopy and Orthodoxy.
Pada awal tahun 1960-an, Rahman pulang ke negerinya, Pakistan. Kemudian dua tahun berikutnya, ia ditunjuk sebagai Direktur Lembaga Riset Islam setelah sebelumnya ia menjabat sebagai staf di lembaga tersebut selama beberapa  saat. Selama kepemimpinanya, lembaga ini berhasil menerbitkan dua jurnal ilmiah, yaitu Islamic Studies dan Fikru Nazhr (berbahasa Urdu). Ketika mengelola lembaga riset ini, ia telah bekerja dengan sungguh-sungguh untuk memajukannya. Strategi yang dilakukan untuk memajukan lembaga ini dapat disimak penuturanya sebagai berikut. Selain menjabat sebagai Direktur Lembaga Riset Islam, pada tahun 1964 Rahman di tunjuk sebagai anggota Dewan Penasehat Ideologi Islam Pemerintah Pakistan. Karena kedua tugas ini, ia terdorong untuk menafsirkan kembali Islam dalam istilah-istilah yang rasional dan ilmiah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, pada tahun 1969, ia melepas posisinya sebagai anggota Dewan Penasehat Ideologi Islam Pemerintah Pakistan setelah beberapa saat sebelumnya ia melepas jabatanya selaku Direktur Lembaga Riset Islam.
Setelah melepas kedua jabatanya di Pakistan, Rahman hijrah ke Barat. Ketika itu, ia di terima sebagai tenaga pengajar di Universitas  California, los Angeles, Amerika. Kemudian, pada tahun 1969, ia mulai menjabat sebagai Guru Besar kajian Islam dalam berbagai aspeknya di Departement of Near Eastern Languages and Civilization, University of Chicago. Ia menetap di Chiciago kurang lebih selama 18 tahun, sampai akhirnya Tuhan memanggilnya pulang pada tahun 26 Juli 1988.
Di Universitas Chicago, ia menjadi salah satu Guru Besar yang dihormati. Ketenaran universitas ini sebagai slah satu pusat studi Islam terkemuka di Barat, antara laian, disebabkan oleh penunjukan Rahman sebagai Guru Besarnya. Mata kuliah yang di berikan Rahman disini meliputi pemahaman al-Qur’an, filsafat Islam, kajian-kajian tentang al-Ghazali, Ibn Taimiyah, Syeikh Waliyullah, Muhammad Iqbal, dan lain-lain.
Disamping memberikan kuliah, Rahman aktif memimpin berbagai proyek penelitian universitas tersebut. Salah satu proyek yang dipimpin bersma-sama dengan Prof. Leonard Binder, diantaranya adalah penelitian tentang Islam dan perubahan sosial yang melibatkan banyak sarjana junor. Riset ini memusatkan perhatianya pada lima masalah pokok, yaitu (1) pendidikan agama dan perubahan peran ulama dalam Islam, (2) Syariah dan kemajuan ekonomi, (3) keluarga dalam masyarakat dan hukum Islam masa kini, (4) Islam dan masalah legalitas politik, dan (5) perubahan konsepsi-konsepsi stratifikasi di dalam masyarakat Muslim masa kini. Riset ini dilakukan di Negara-negara Pakistan, Mesir, Turki, Iran, Maroko, dan Indonesia.[1]
B.     Perkembangan Pemikiran, Karya-karya dan Integrasi model Fazlur Rahman
Perkembangan pemikiran dan karya-karya Rahman dapat diklasifikasikan ke dalam tiga periode, yaitu periode pembentukan (formasi), periode perkembangan, dan periode kematangan. 
a.       Periode Pembentukan
Pada periode pertama ini disebut dengan periode pembentukan karena pada periode ini Rahman mulai meletakkan dasar-dasar pemikirannya dan mulai berkarya. Periode ini dimulai sejak Fazlur Rahman belajar sampai dengan menjelang kepulangan ke negerinya, Pakistan, setelah mengajar selama beberapa saat di Universitas Durham, Inggris. Secara epistimologis, pemikiran dan karya-karya Rahman pada periode ini didominasi oleh pendekatan historis. Yaitu suatu pendekatan yang melihat Islam bukan dari sisi al-Qur’an dan al-Sunnah, melainkan Islam yang telah menjadi realitas dalam kehidupan baik secara individu maupun masyarakat. Pada periode ini, Rahman berhasil menulis tiga karya nya yaitu (1) Avecinna’s Psychology, berisi kajian dari pemikiran Ibn Sina yang terdapat pada kitab al-Najat, (2) Avecinna’s De Anima, being the Psychological Part Of Kitab al-Shifa’, (3) Prophecy in Islam: Philosophy and orthodoxy, merupakan karya orisinil Rahman yang paling penting pada periode ini. Karya ini dilandasi oleh rasa keprihatinannya atas kenyataan bahwa sarjana-sarjana Muslim modernkurang menaruh minat dan perhatian terhadap doktrin-doktrin kenabian.[2]
b.      Periode Perkembangan
Periode kedua disebut periode perkembangan karena pada periode ini Rahman mengalami proses menjadi, yaitu proses berkembang dari pertumbuhan menuju ke kematangan. Periode ini dimulai sejak kepulangan Rahman dari Inggris ke Pakistan sampai dengan menjelang keberangkatannya ke Amerika. Pada periode ini Rahman disibukkan oleh kedudukannya sebagai direktur lembaga riset Islam dan sebagai anggota dewan penasehat ideology Islam pemerintah Pakistan. Dengan dua kedudukan tersebut Rahman terdorong untuk mendenefisikan Islam kembali bagi Pakistan. Secara epistimologis, pemikiran dan karya-karya Rahman pada periode ini mulai beranjak dari pendekatan historis menuju ke pendekatan normative. Maksudnya, Rahman berusaha  memahami Islam (al-qur’an dan al-Sunnah) untuk menyelesaikan problem-problem di Pakistan, misalnya dalam masalah keluarga berencana, riba dan bunga bank, sembelihan secara mekanis dan pendidikan. Karyannya  serangkaian artikel dalam jurnal Islamic Studies  mulai bulan Maret 1962 hingg Juni 1963.  Ada juga bukunya yang berjudul  Islamic Methodology in History,  Central Institute of Islamic Research, Karachi, 1965. Buku ini disusun dengan tujuan untuk memperlihatkan (a) evolusi historis perkembangan empat prinsip dasar pemikiran Islam yang member kerangka bagi seluruh pemikiran Islam, yaitu al-Qur’an, Sunnah, Ijtihad, dan Ijma’, dan (b) peran actual prinsip-prinsip tersebut terhadap perkembangan Islam itu sendiri. Karya ini membahas konsep sunnah, ijtihad, dan ijma’ pada awal sejarah Islam, serta pembahsan lebih lanjut tentang sunnah dan hadist. Buku yang kedua yang dihasilkan berjudul Islam. Buku ini merupakan upaya Rahman dalam menyajikan sejarah perkembangan Islam secara umum, yaitu kira-kira selama empat belas abad keberadaan Islam. Dalam buku ini, Rahman lebih dominan mengemukakan kritik historis, disamping sedikit memberikan harapan dan saran-saran.[3]
c.       Periode Kematangan
Pada periode ketiga disebut periode kematangan karena pada periode ini Rahman betul-betul telah mencapai kematangan berfikir dan berkaya. Tidak seperti pada periode sebelumnya, pada periode ini Rahman memiliki kesempatan yang luar biasa. Ia memiliki ketenangan berfikir dan waktu yang luas. Periode ini dimulai sejak kedatangan Rahman di Amerika sampai kewafatannya tahun 1988. Secara epistemologis Rahman berhasil menggabungkan pendekatan historis dan normative menjadi metode yang sistematis dan komprehensif untuk memahami al-Qur’an, yang pada akhirnya disempurnakan menjadi metode suatu gerakan ganda (a double movement).  Karya-karya Rahman pada periode kematangan Philoshopy of Mulla Sadra Shirazi. Buku ini merupakan kajian historis Rahman terhadap pemikiran Shadr al-Din al-Syirazi (Mulla Shadra) (w.1641). Buku yang kedua Major Themes of The  Qur’an. Buku  ini berisi delapan tema pokok al-Qur’an, yaitu Tuhan, manusia sebagai individu, manusia sebagai anggota masyarakat, alam semesta, kenabian dan wahyu, eskatologi, setan dan kejahatan, serta lahirnya masyarakat Muslim. Buku ketiga yang ditulis Rahman Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition. Buku ini semula merupakan hasil dari sebuah proyek riset yang dilaksanakan di Universitas Chicago dan dibiayai oleh Ford Foundation dalam ‘’Islamic Education’’, yang pada mulanya merupakan bagian dari sebuah proyek lain yang lebih besar bernama ‘’ Islam and Social Change’’. Buku yang terakhir dihasilkan Rahman adalah Health and Medicine in Islamic Tradition. buku ini memotret kaitan organis antara Islam sebagai sebuah system kepercayaan dan Islam sebagai sebuah tradisi pengobatan manusia. Dengan menjelajahi teks-teks al-Qur’an  dan Hadist Nabi serta sejarah kaum Muslim.[4]
Uraian biografi intelektual Fazlur Rahman tersebut menunjukkan bahwa dalam diri Rahman terdapat kombinasi dua entitas sosial yang berbeda sehingga melahirkan sintesis metodis pemikiran Rahman. Pertama, kombinasi latar belakang pendidikan tradisonal di bagian timur Pakistan dan latar belakang modern Barat di Inggris. Kedua, kombinasi latar belakang karir intelektual bersama pihak konservatif di Pakistan dan latar belakang karir intelektual bersama pihak yang liberal di Chicago. Kombinasi dua entitas tersebut kemudian mempengaruhi corak pemikiran Rahman sebagai sosok sarjana pemikir (thinker scholar) yang kritis, produktif dan kaya. Hal ini dapat diketahui dengan menkaji metode yang digagas dan dirumuskan serta diaplikasikannya dalam menapak karir akademis-intelektual.
Oleh karena itu, di satu sisi pemikiran Rahman sangat dipengaruhi nuansa pemikiran yang berasal dari warisan khasanah pemikiran Islam klasik baik dalam bidang tafsir, hadits, tasawuf, teologi maupun fiqh dan metodologinya (usul fiqh), sementara di sisi lain, Rahman juga secara intens memanfaatkan pendekatan sains-sains sosial Barat modern dalam mengkaji Islam dan problematika yang dihadapinya.[5]
Setiap peradaban manusia itu selalu dilandasi oleh Ilmu pengetahuan. Begitu juga peradaban Islam, baik ketika masa kejayaannya maupun ketika masa kemundurannya, tidak bisa lepas dari Ilmu pengetahuan yang melandasinya. Pada masa kejayaan peradaban Islam, belum dikenal adanya pemisahan ilmu, antara ilmu umum dan ilmu agama.mhal ini didukung oleh fakta sejarah bahwa banyak pemikir Muslim ketika itu. Selain sebagai ahli agama sekaligus juga sebagai ahli ilmu yang memberikan kemaslahatan kepada orang banyak seperti Ilmu kedokteran, kimia, sosiologi, perbintangan dan sebagainya. Atau dengan kata lain, para ahli kedokteran, kimia, perbintangan dan sebagainya terbsebut mempunyai akar yang kuat di dalam Islam. Yang seperti itu tidak seperti masa yang sekarang. Ilmu dipisahkan kepada ilmu agama (tradisional) dan ilmu modern (sekuler). Bahkan, keduanya dipertentangkan. Sehingga jarang sekali pasa masa sekarang tokoh yang ahli kedua-duanya. Artinya, seseorang dapat menguasai agama sekaligus ilmu kedokterab, kimia, ekonomi, atau yang lainnya.
Karena hal-hal tersebut diatas, integrasi ilmu dalam Islam merupakan keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Hal ini sifatnya sangat mendesak kalu tidak ingin oeradaban Islam selalu terbelakang. Upaya pengintegrasian ilmu dalam Islam dimulai dari lahirnya gagasan “Islamisasi Pengetahuan” (Islamization of Knowledge). Upaya ini dipelopori oleh Ismail Raji al-Faruqi pada tahun 1982.
Fazlur Rahman sendiri lebih cenderung mengembangkan ilmuwan-ilmuwan Muslim daripada Islamisasi ilmu pengetahuan. Cara ini dilakukan Rahman dengan memilih ahli-ahli Islam muda yang potensial dengan mengajarkannya kepada mereka metodologi Barat modern. Cara yang ditempuh Rahman ini tampaknya cukup efektif untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) Muslim yang handal. Sebagai contoh, untuk menyebut nama di Indonesia seperti M. Amin Rais, Ahmad Syafi’i Ma’arif, Nurcholish Madjid, A. Qodri Azizi, Mulyadi Kartanegara, dan lain-lain. [6]




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dapat diketahui bahwa karya-karya Rahman berupa buku, artikel, dan review buku. Pada periode pertama, karya Rahman menonjol pada kajian historis, pada periode kedua penekanan pada upaya pemberian definisi ‘’Islam’’ bagi Pakistan, pada periode ketiga, Rahman berhasil memperlihatkan kemandirian dan orisinilitas al-Qur’an  untuk memahami al-Qur’an serta menjadi obat penawar krisis bagi pemikir Islam.
Fazlur Rahman lebih cenderung mengembangkan ilmuwan-ilmuwan Muslim daripada Islamisasi ilmu pengetahuan. Cara ini dilakukan Rahman dengan memilih ahli-ahli Islam muda yang potensial dengan mengajarkannya kepada mereka metodologi Barat modern. Cara yang ditempuh Rahman ini tampaknya cukup efektif untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) Muslim yang handal. Sebagai contoh, untuk menyebut nama di Indonesia seperti M. Amin Rais, Ahmad Syafi’i Ma’arif, Nurcholish Madjid, A. Qodri Azizi, Mulyadi Kartanegara, dan lain-lain. 












DA            FTAR PUSTAKA
Supena, Ilyas. 2008. Desain Ilmu-Ilmu Keislaman dalam Pemikiran Hermeneutika Fazlur Rahman. Semarang: Walisongo Press
Sutrisnso. 2006. Fazlur Rahman Kajian terhadap Metode, Epistemologi dan Sistem pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar



[1] Sutrisnso, Fazlur Rahman Kajian terhadap Metode, Epistemologi dan Sistem pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006) hlm. 60-65
[2]Dr. Sutrisno, M.Ag, Fazlur Rahman, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2006), hal.67.
[3] Ibid, hlm 71.
[4] Ibid, hlm 77.
[5] Dr. Ilyas Supena, M.Ag., Desain Ilmu-Ilmu Keislaman dalam Pemikiran Hermeneutika Fazlur Rahman. (Semarang: Walisongo Press, 2008) hlm. 48-49
[6] Dr. Sutrisno, M.Ag, Ibid hlm. 210-211

Tidak ada komentar:

Posting Komentar