INTEGRASI SAINS MODEL FAZLUR RAHMAN
Makalah
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Falsafah Kesatuan Ilmu
Dosen
Pengampu : Dr. Ilyas Supena, M.Ag.
Disusun
oleh :
Ahmad Dini Faiza Rosyadi (1501046029)
Yessi Anggraeni Novalita Devi (1501046030)
Ainis Shofwah Mufarriha (1501046031)
JURUSAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata intregrasi
bersal dari bahasa latin yaitu integer, yang berarti utuh atau
menyeluruh. Berdasarkan arti etimologisnya itu, intregrasi dapat diartikan
sebagai pembaruan sehingga menjaadi kesatuan yang utuh atau bulat. Intregrasi juga
berasal dari bahasa Inggris ‘’Integration’’ yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan.
Sedangkan sains adalah berasal dari bahasa latin
yaitu ‘’scientia’’ yang artinya pengetahuan. Jadi sains adalah suatu cara untuk
mempelajari berbagai aspek –aspek tertentu dari alam secara terorganisir,
sistematik, dan melalui beberapa metode tertentu. Ruang lingkup sains juga
dibatasi oleh indera seperti penglihatan, sentuhan, pendengaran, rabaan, dan
pengecapan atau dapat dibilang sains itu pengetahuan yang diperoleh melalui
pembelajaran dan pembuktian. Jadi antara intregasi dan sains itu saling
berkaitan
Kemunculan
berbagai pemikiran dan klasifikasi sains menurut tokoh-tokoh atau filusuf dari
seluruh penjuru dunia menimbulkan banyak respon yang datang. Banyak tokoh yang
berupaya mengintegrasikan sains agar terdapat penyempitan dan pengerucutan
makna dari hasil pemikiran tokoh-tokoh terdahulu sebagai langkah untuk
menghindari kebingungan dari khaklayak terhadap sains. Dengan seiring berkembangnya
zaman munculah para pemikir-pemikir intelektual muslim dari seluruh penjuru
dunia seperti Sayyed Hossein Nasr, Sayyed Naquib al-Attas, Ismail Raji
al-Faruqi, Fazlur Rahman, Amin Abdullah dan masih banyak lagi yang lainya. Dari
sekian pemikir-pemikir intelektual muslim maka diambil satu tokoh yaitu Fazlur
Rahman. Dalam makalah ini akan menjelaskan tentang biografi Fazlur Rahman,
integrasi sains menurut pemikiran Fazlur Rahman, dan karya-karya Fazlur Rahman.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Fazlur Rahman ?
2. Bagaimana perkembangan pemikiran, integrasi sains dan karya-karya Fazlur
Rahman ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Fazlur Rahman
Fazlur Rahman
lahir pada tanggal 21 september 1919 di daerah Hazara, (anak benua India) yang
sekarang terletak di sebelah barat Laut Pakistan. Pertama-tama di didik dalam
sebuah keluarga Muslim yang taat beragama. Ayahnya, Maulana Sahab al-Din adalah
seorang alim yang terkenal lulusan Deoband. Rahman kecil beruntung memiliki
seorang ayah yang betul-betul memperhatikan pendidikanya. Ayahnya memperhatikan
Rahman dalam hal mengaji dan menghafal al-Qur’an. Sehingga, pada umur sepeuluh
tahun, Rahman
telah hafal al-Qur’an seluruhnya. Pendidikan dalam keluarganya benar-benar
efektif dalam membentuk watak dan kepribadiannya untuk dapat menghadapi
kehidupan nyata. Menurut Rahman, ada beberapa faktor yang telah membentuk karakter dan
kedalaman beragama. Di antara faktor-faktor
tersebut yang penting adalah ketekunan ayahnya dalam mengajarkan agama
kepadanya di rumah dengan disiplin tinggi sehingga dia mampu mengahadapi
berbagai macam peradaban dan tantangan di alam modern, di samping pengajaran
dari ibunya, terutama tentang kejujuran, kasih sayang, serta kecintaan sepenuh
hati darinya.
Hal penting lain yang telah
memengaruhi pemikiran keagamaan Rahman adalah bahwa dia dididik dalam sebuah
keluarga dengan tradisi mazhab Hanafi, sebuah mazhab Sunni yang lebih banyak
menggunakan rasio (ra’yu) dibandingkan dengan mazhab Sunni lainya. Selain itu,
di India ketika itu telah berkembang pemikiran yang agak liberal seperti yang
di kembangkan oleh Syah Waliullah, Sayid Ahamad Khan, Sir Sayid, Amir Ali, dan
Muhammad Iqbal. Kemudian,
pada tahun 1933, Rahman melanjutkan studinya ke Lahore dan memasuki sekolahan
modern. Pada tahun 1940, dia menyelesaikan
B.A.-nya dalam bidang bahasa Arab pada Universitas Punjab. Kemudian, dua
tahun berikutnya (1942), ia berhasil menyelesaikan Masternya dalam bidang yang
sama pada Universitas yang sama pula.
Empat tahun kemudian, tahun 1946,
Rahman berangkat ke Inggris untuk melanjutkan studinya di Universitas Oxford.
Dibawah bimbingan Profesor S. Van de Bergh dan H. A. R. Gibb, Rahman
menyelesaikan program Ph.D.-nya pada tahun 1949, dengan desertasi tentang Ibn Sina. Dua
tahun berikutnya desertasi tersebut diterbitkan
oleh Oxford University Pers dengan judul Avecinna’s
Psychology. Pada tahun 1959 karya suntingan Rahman dari Kitab al-Nafs karya Ibn Sina diterbitkan oleh penerbit yang
sama denagan judul Avecinna’s De Anima.
Ketika kuliah di Universitas
Oxford, lembaga pendidikan yang telah maju di Barat, Rahman mempunyai
kesempatan mempelajari bahasa-bahsa Barat. Paling tidak, menguasai bahsa Latin,
Yunani, Inggris, Jerman, Turki, Arab, dan Urdu. Penguasaan bahasa yang bagus
sangat membantunya, terutama dalam studi-studi Islam melalui penelusuran
literatur-literatur keislaman yang di tulis oleh para orientalis dalam
bahasa-bahasa mereka.
Setelah selesai kuliah di
Universitas Oxford, ia tidak langsung pulang ke negerinya, Pakistan. Rahman
kemudian mengajar selama beberapa tahun di Durham University, Inggris, dan
selanjutnya di Institute of Islamic Studies, McGill University, Canada. Ketika
di Durham University, ia berhasil menyelesaikan karya orisinalnya yang berjudul Prophecy in Islam: Philoshopy and Orthodoxy.
Pada awal tahun 1960-an, Rahman
pulang ke negerinya, Pakistan. Kemudian dua tahun berikutnya, ia ditunjuk
sebagai Direktur Lembaga Riset Islam setelah sebelumnya ia menjabat sebagai
staf di lembaga tersebut selama beberapa
saat. Selama kepemimpinanya, lembaga ini berhasil menerbitkan dua jurnal
ilmiah, yaitu Islamic Studies dan Fikru Nazhr (berbahasa Urdu). Ketika
mengelola lembaga riset ini, ia telah bekerja dengan sungguh-sungguh untuk
memajukannya. Strategi yang dilakukan untuk memajukan lembaga ini dapat disimak
penuturanya sebagai berikut. Selain
menjabat sebagai Direktur Lembaga Riset Islam, pada tahun 1964 Rahman di tunjuk
sebagai anggota Dewan Penasehat Ideologi Islam Pemerintah Pakistan. Karena
kedua tugas ini, ia terdorong untuk menafsirkan kembali Islam dalam
istilah-istilah yang rasional dan ilmiah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Akan tetapi, pada tahun 1969, ia melepas posisinya sebagai anggota Dewan
Penasehat Ideologi Islam Pemerintah Pakistan setelah beberapa saat sebelumnya ia
melepas jabatanya selaku Direktur Lembaga Riset Islam.
Setelah melepas kedua jabatanya di
Pakistan, Rahman hijrah ke Barat. Ketika itu, ia di terima sebagai tenaga
pengajar di Universitas California, los
Angeles, Amerika. Kemudian, pada tahun 1969, ia mulai menjabat sebagai Guru
Besar kajian Islam dalam berbagai aspeknya di Departement of Near Eastern
Languages and Civilization, University of Chicago. Ia menetap di Chiciago
kurang lebih selama 18 tahun, sampai akhirnya Tuhan memanggilnya pulang pada tahun
26 Juli 1988.
Di Universitas Chicago, ia menjadi
salah satu Guru Besar yang
dihormati. Ketenaran universitas ini sebagai slah satu pusat studi Islam
terkemuka di Barat, antara laian, disebabkan oleh penunjukan Rahman sebagai
Guru Besarnya. Mata kuliah yang di berikan Rahman disini meliputi pemahaman
al-Qur’an, filsafat Islam, kajian-kajian tentang al-Ghazali, Ibn Taimiyah,
Syeikh Waliyullah, Muhammad Iqbal, dan lain-lain.
Disamping memberikan kuliah, Rahman
aktif memimpin berbagai proyek penelitian universitas tersebut. Salah satu
proyek yang dipimpin bersma-sama dengan
Prof. Leonard Binder, diantaranya adalah penelitian tentang Islam dan perubahan
sosial yang melibatkan
banyak sarjana junor. Riset ini memusatkan perhatianya pada lima masalah pokok,
yaitu (1) pendidikan agama dan perubahan peran ulama dalam Islam, (2) Syariah
dan kemajuan ekonomi, (3) keluarga dalam masyarakat dan hukum Islam masa kini,
(4) Islam dan masalah legalitas politik, dan (5) perubahan konsepsi-konsepsi
stratifikasi di dalam masyarakat Muslim masa kini. Riset ini dilakukan di
Negara-negara Pakistan, Mesir, Turki, Iran, Maroko, dan Indonesia.[1]
B.
Perkembangan Pemikiran, Karya-karya dan Integrasi model Fazlur Rahman
Perkembangan
pemikiran dan karya-karya Rahman dapat diklasifikasikan ke dalam tiga periode,
yaitu periode pembentukan (formasi), periode perkembangan, dan periode
kematangan.
a. Periode Pembentukan
Pada periode pertama ini disebut dengan periode
pembentukan karena pada periode ini Rahman mulai meletakkan dasar-dasar
pemikirannya dan mulai berkarya. Periode ini dimulai sejak Fazlur Rahman
belajar sampai dengan menjelang kepulangan ke negerinya, Pakistan, setelah
mengajar selama beberapa saat di Universitas Durham, Inggris. Secara
epistimologis, pemikiran dan karya-karya Rahman pada periode ini didominasi
oleh pendekatan historis. Yaitu suatu pendekatan yang melihat Islam bukan dari
sisi al-Qur’an dan al-Sunnah, melainkan Islam yang telah menjadi realitas dalam
kehidupan baik secara individu maupun masyarakat. Pada periode ini, Rahman
berhasil menulis tiga karya nya yaitu (1) Avecinna’s
Psychology, berisi kajian dari pemikiran Ibn Sina yang terdapat pada kitab al-Najat, (2) Avecinna’s De Anima, being the Psychological Part Of Kitab al-Shifa’, (3)
Prophecy in Islam: Philosophy and
orthodoxy, merupakan karya orisinil Rahman yang paling penting pada periode
ini. Karya ini dilandasi oleh rasa keprihatinannya atas kenyataan bahwa
sarjana-sarjana Muslim modernkurang menaruh minat dan perhatian terhadap
doktrin-doktrin kenabian.[2]
b. Periode Perkembangan
Periode kedua disebut periode perkembangan karena
pada periode ini Rahman mengalami proses menjadi, yaitu proses berkembang dari
pertumbuhan menuju ke kematangan. Periode ini dimulai sejak kepulangan Rahman
dari Inggris ke Pakistan sampai dengan menjelang keberangkatannya ke Amerika.
Pada periode ini Rahman disibukkan oleh kedudukannya sebagai direktur lembaga
riset Islam dan sebagai anggota dewan penasehat ideology Islam pemerintah
Pakistan. Dengan dua kedudukan tersebut Rahman terdorong untuk mendenefisikan
Islam kembali bagi Pakistan. Secara epistimologis, pemikiran dan karya-karya
Rahman pada periode ini mulai beranjak dari pendekatan historis menuju ke
pendekatan normative. Maksudnya, Rahman berusaha memahami Islam (al-qur’an dan al-Sunnah)
untuk menyelesaikan problem-problem di Pakistan, misalnya dalam masalah
keluarga berencana, riba dan bunga bank, sembelihan secara mekanis dan
pendidikan. Karyannya serangkaian artikel
dalam jurnal Islamic Studies mulai bulan Maret 1962 hingg Juni 1963. Ada juga bukunya yang berjudul Islamic
Methodology in History, Central
Institute of Islamic Research, Karachi, 1965. Buku ini disusun dengan tujuan
untuk memperlihatkan (a) evolusi historis perkembangan empat prinsip dasar
pemikiran Islam yang member kerangka bagi seluruh pemikiran Islam, yaitu
al-Qur’an, Sunnah, Ijtihad, dan Ijma’, dan (b) peran actual prinsip-prinsip
tersebut terhadap perkembangan Islam itu sendiri. Karya ini membahas konsep
sunnah, ijtihad, dan ijma’ pada awal sejarah Islam, serta pembahsan lebih
lanjut tentang sunnah dan hadist. Buku yang kedua yang dihasilkan berjudul Islam. Buku ini merupakan upaya Rahman
dalam menyajikan sejarah perkembangan Islam secara umum, yaitu kira-kira selama
empat belas abad keberadaan Islam. Dalam buku ini, Rahman lebih dominan
mengemukakan kritik historis, disamping sedikit memberikan harapan dan
saran-saran.[3]
c. Periode Kematangan
Pada periode ketiga disebut periode kematangan
karena pada periode ini Rahman betul-betul telah mencapai kematangan berfikir
dan berkaya. Tidak seperti pada periode sebelumnya, pada periode ini Rahman
memiliki kesempatan yang luar biasa. Ia memiliki ketenangan berfikir dan waktu
yang luas. Periode ini dimulai sejak kedatangan Rahman di Amerika sampai
kewafatannya tahun 1988. Secara epistemologis Rahman berhasil menggabungkan
pendekatan historis dan normative menjadi metode yang sistematis dan
komprehensif untuk memahami al-Qur’an, yang pada akhirnya disempurnakan menjadi
metode suatu gerakan ganda (a double
movement). Karya-karya Rahman pada
periode kematangan Philoshopy of Mulla
Sadra Shirazi. Buku ini merupakan kajian historis Rahman terhadap pemikiran
Shadr al-Din al-Syirazi (Mulla Shadra) (w.1641). Buku yang kedua Major Themes of The Qur’an. Buku ini berisi delapan tema
pokok al-Qur’an, yaitu Tuhan, manusia sebagai individu, manusia sebagai anggota
masyarakat, alam semesta, kenabian dan wahyu, eskatologi, setan dan kejahatan,
serta lahirnya masyarakat Muslim. Buku ketiga yang ditulis Rahman Islam and Modernity: Transformation of an
Intellectual Tradition. Buku ini semula merupakan hasil dari sebuah proyek
riset yang dilaksanakan di Universitas Chicago dan dibiayai oleh Ford
Foundation dalam ‘’Islamic Education’’, yang pada mulanya merupakan bagian dari
sebuah proyek lain yang lebih besar bernama ‘’ Islam and Social Change’’. Buku
yang terakhir dihasilkan Rahman adalah Health
and Medicine in Islamic Tradition. buku ini memotret kaitan organis antara
Islam sebagai sebuah system kepercayaan dan Islam sebagai sebuah tradisi
pengobatan manusia. Dengan menjelajahi teks-teks al-Qur’an dan Hadist Nabi serta sejarah kaum Muslim.[4]
Uraian biografi
intelektual Fazlur Rahman tersebut menunjukkan bahwa dalam diri Rahman terdapat
kombinasi dua entitas sosial yang berbeda sehingga melahirkan sintesis metodis
pemikiran Rahman. Pertama, kombinasi latar belakang pendidikan
tradisonal di bagian timur Pakistan dan latar belakang modern Barat di Inggris.
Kedua, kombinasi latar belakang karir intelektual bersama pihak
konservatif di Pakistan dan latar belakang karir intelektual bersama pihak yang
liberal di Chicago. Kombinasi dua entitas tersebut kemudian mempengaruhi corak
pemikiran Rahman sebagai sosok sarjana pemikir (thinker scholar) yang
kritis, produktif dan kaya. Hal ini dapat diketahui dengan menkaji metode yang
digagas dan dirumuskan serta diaplikasikannya dalam menapak karir akademis-intelektual.
Oleh karena itu, di
satu sisi pemikiran Rahman sangat dipengaruhi nuansa pemikiran yang berasal
dari warisan khasanah pemikiran Islam klasik baik dalam bidang tafsir, hadits,
tasawuf, teologi maupun fiqh dan metodologinya (usul fiqh), sementara di
sisi lain, Rahman juga secara intens memanfaatkan pendekatan sains-sains sosial
Barat modern dalam mengkaji Islam dan problematika yang dihadapinya.[5]
Setiap peradaban
manusia itu selalu dilandasi oleh Ilmu pengetahuan. Begitu juga peradaban
Islam, baik ketika masa kejayaannya maupun ketika masa kemundurannya, tidak
bisa lepas dari Ilmu pengetahuan yang melandasinya. Pada masa kejayaan
peradaban Islam, belum dikenal adanya pemisahan ilmu, antara ilmu umum dan ilmu
agama.mhal ini didukung oleh fakta sejarah bahwa banyak pemikir Muslim ketika
itu. Selain sebagai ahli agama sekaligus juga sebagai ahli ilmu yang memberikan
kemaslahatan kepada orang banyak seperti Ilmu kedokteran, kimia, sosiologi,
perbintangan dan sebagainya. Atau dengan kata lain, para ahli kedokteran,
kimia, perbintangan dan sebagainya terbsebut mempunyai akar yang kuat di dalam
Islam. Yang seperti itu tidak seperti masa yang sekarang. Ilmu dipisahkan
kepada ilmu agama (tradisional) dan ilmu modern (sekuler). Bahkan, keduanya
dipertentangkan. Sehingga jarang sekali pasa masa sekarang tokoh yang ahli
kedua-duanya. Artinya, seseorang dapat menguasai agama sekaligus ilmu
kedokterab, kimia, ekonomi, atau yang lainnya.
Karena hal-hal
tersebut diatas, integrasi ilmu dalam Islam merupakan keniscayaan yang tidak
dapat ditawar-tawar lagi. Hal ini sifatnya sangat mendesak kalu tidak ingin
oeradaban Islam selalu terbelakang. Upaya pengintegrasian ilmu dalam Islam
dimulai dari lahirnya gagasan “Islamisasi Pengetahuan” (Islamization of
Knowledge). Upaya ini dipelopori oleh Ismail Raji al-Faruqi pada tahun
1982.
Fazlur Rahman
sendiri lebih cenderung mengembangkan ilmuwan-ilmuwan Muslim daripada
Islamisasi ilmu pengetahuan. Cara ini dilakukan Rahman dengan memilih ahli-ahli
Islam muda yang potensial dengan mengajarkannya kepada mereka metodologi Barat
modern. Cara yang ditempuh Rahman ini tampaknya cukup efektif untuk mencetak
sumber daya manusia (SDM) Muslim yang handal. Sebagai contoh, untuk menyebut
nama di Indonesia seperti M. Amin Rais, Ahmad Syafi’i Ma’arif, Nurcholish
Madjid, A. Qodri Azizi, Mulyadi Kartanegara, dan lain-lain. [6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat diketahui bahwa
karya-karya Rahman berupa buku, artikel, dan review buku. Pada periode pertama,
karya Rahman menonjol pada kajian historis, pada periode kedua penekanan pada
upaya pemberian definisi ‘’Islam’’ bagi Pakistan, pada periode ketiga, Rahman
berhasil memperlihatkan kemandirian dan orisinilitas al-Qur’an untuk memahami al-Qur’an serta menjadi obat
penawar krisis bagi pemikir Islam.
Fazlur Rahman
lebih cenderung mengembangkan ilmuwan-ilmuwan Muslim daripada Islamisasi ilmu
pengetahuan. Cara ini dilakukan Rahman dengan memilih ahli-ahli Islam muda yang
potensial dengan mengajarkannya kepada mereka metodologi Barat modern. Cara
yang ditempuh Rahman ini tampaknya cukup efektif untuk mencetak sumber daya
manusia (SDM) Muslim yang handal. Sebagai contoh, untuk menyebut nama di
Indonesia seperti M. Amin Rais, Ahmad Syafi’i Ma’arif, Nurcholish Madjid, A.
Qodri Azizi, Mulyadi Kartanegara, dan lain-lain.
DA FTAR PUSTAKA
Supena, Ilyas. 2008. Desain
Ilmu-Ilmu Keislaman dalam Pemikiran Hermeneutika Fazlur Rahman. Semarang:
Walisongo Press
Sutrisnso. 2006. Fazlur Rahman Kajian terhadap
Metode, Epistemologi dan Sistem pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
[1]
Sutrisnso, Fazlur
Rahman Kajian terhadap Metode, Epistemologi dan Sistem pendidikan (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006) hlm. 60-65
[2]Dr. Sutrisno, M.Ag, Fazlur Rahman, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2006), hal.67.
[3] Ibid, hlm 71.
[4] Ibid, hlm 77.
[5] Dr. Ilyas Supena, M.Ag., Desain Ilmu-Ilmu Keislaman
dalam Pemikiran Hermeneutika Fazlur Rahman.
(Semarang: Walisongo Press, 2008) hlm. 48-49
Tidak ada komentar:
Posting Komentar