Makalah
TASAWUF MODERN
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Akhlaq
Tasawuf
Dosen
Pengampu : Safrodin Halim, M.Ag.
Disusun
Oleh :
Ainis
Shofwah Mufarriha (1501046031)
Elya Sukmawati (1501046032)
Ainurrika
Nadhifa (1501046033)
Adi Bagus Kusuma (1501046034)
PMI-A1
PENGEMBANGAN
MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, masyarakat modern
diartikan sebagai sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh
suatu kebudayaan yang mereka anggap sama yang perekonomiannya berdasarkan pasar
secara luas, spesialisasi di bidang industri, dan pemakaian teknologi canggih.
Tentu saja, hal ini berbanding terbalik dengan masyarakat tradisional. Baik
dari segi perekonomian, kehidupan sosial, maupun keagamaannya. Teknologi dan
komunikasi berkembang begitu pesatnya hingga membuat masyarakat mau tidak mau
juga harus mengikuti arus perkembangan tersebut.
Pada abad ke-19 dan ke-20, banyak kaum muslim yang
berusaha membangkitkan kembali ajaran-ajaran praktek Islam autentik. [1]Perkembangan
teknologi dan komunikasi memang memberikan kemudahan dan manfaat terhadap
masyarakat. Namun, kemajuan tersebut juga dapat menimbulkan problematika dalam
aspek politik, aspek prularisme agama, aspek spiritual, dan aspek etika. Tidak
bisa dipungkiri, prularitas dalam kehidupan harus disikapi dengan toleran,
jujur, terbuka, bijaksana dan adil. Berkaitan dengan prularitas agama, konseptasawuf
memandang bahwa konsep semua agama sama, yaitu penyerahan diri kepada Tuhan.
Dalam aspek spiritual, masyarakat modern senantiasa terbuai dalam situasi
keglamoran, yang menjadikan mereka meninggalkan pemahaman agama, hidup dalam
sikap sekuler yang menghapus rasa cinta terhadap Tuhannya. Hal ini
mengakibatkan kekosongan spiritual yang mengakibatkan manusia jauh dari sang
Maha Pencipta. Akibatnya, banyak dijumpai merekan yang merasa gelisah, tidak
percaya diri, stress dan tidak memiliki pegangan hidup. Dalam aspek etika,
masyarakat modern mengalami krisis moral yang sering menampilakn sifat-sifat
yang kurang dan tidak terpuji yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku.
Menghadapi permasalahan tersebut, Islam sebagai agama
yang rahmatan lil alamin mengajarkan kita untuk hidup melalui jalan
spiritual, yang bisa disebut dengan jalan tasawuf modern. Dengan ini,
dimaksudkan agar manusia memiliki pegangan dan asupan spiritual tetapi tetap
dengan mengikuti arus perkembangan zaman. Pada dasarnya, kehidupan spiritual
selalu menuntun dan mendampingi aktifitas duniawi dengan tujuan akhir adalah
berada sedekat-dekatnya dengan Tuhan.
2. Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian tasawuf modern?
2.
Apa saja
permasalahan dalam kehidupan modern?
3.
Bagaimana
peran tasawuf dalam kehidupan modern?
4. Apa saja yang dapat dilakukan dalam bertasawuf di
kehidupan modern?
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf Modern
Sebelum menuju penjelasan apa
itu tasawuf modern, ada baiknya terlebih dahulu kita mengetahui apa sebenarnya
tasawuf itu sendiri. Tasawuf merupakan suatu sistem latihan dengan penuh
kesungguhan untuk membersihkan, mempertinggi, dan memperdalam nilai-nilai
kerohanian dalam rangka mendekatkan diri kepada-Nya.
Menilik dari pengertian tasawuf
tadi, sesungguhnya tasawuf modern tidak jauh berbeda dengan makna tasawuf itu
sendiri. Hanya saja, pada tasawuf modern lebih dipentingkan bagaimana kita
mengaplikasikan ajaran-ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari serta
bagaimana bertingkah laku dalam kehidupan sehingga tidak ada kesenjangan sosial
dalam tatanan sosial masyarakat. Jadi bisa juga diartikan tasawuf modern itu
segala bentuk pendekatan diri kepada Tuhan dengan meninggalkan segala praktek
tasawuf yang memisahkan diri dari tatanan sosial kemasyarakatan, sebab kita
adalah makhluk sosial yang tentunya akan saling membutuhkan satu sama lain.
Dengan melihat keterangan tadi,
bisa dikatakan bahwa sesungguhnya tasawuf modern itu adalah tasawuf dalam arti
sebenarnya sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya, tanpa
meninggalkan kesenangan duniawi, bahkan sebaliknya, kita diwajibkan untuk
membangun dunia ini karena kita adalah khalifah yang memiliki tanggungjawab
untuk memakmurkan bumi dan membebaskannya dari tangan-tangan jahat yang mencoba
merusak bumi.[2]
B. Permasalahan Dalam Kehidupan Modern
Kehadiran
ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika
masyarakat modern sebagai berikut:
a. Disintegrasi Ilmu Pengetahuan
Kehidupan
modern antara lain ditandai dengan spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan.
Masing-masing ilmu pengetahuan memiliki paradigmanya sendiri-sendiri dalam
memecahkanmasalah yang dihadapi. Kalau semuanya berjalan sendiri-sendiri tanpa
ada tali pengikat dan petunjuk jalan yang menguasai semuanya, yang terjadi
adalah kian jauhnya manusia dari pengetahuan (kearifan) akan kesatuan alam.
Penggalian disiplin di atas bisa jadi malahmendatangkan benturan-benturan
antara yang satu dan yang lain, karena mereka telah menjerat dirinya pada
rasionalitas teknologis secara absolut, netral nilai keagamaan tapi sarat nafsu
penaklukan.
b. Kepribadian yang Terpecah (Split personality).
Karena
kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering
nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak itu, maka manusianya menjadi pribadi
yangterpecah kehidupan manusia modern diatur menurut ilmu yang eksak dan
kering. Akibatnya kini telah menggelinding proses hilangnya kekayaan rohaniah,
karena dibiarkannya ilmu-ilmu positif (ilmu yang hanya mengandalkan fakta-fakta
empirik, obyektif, rasional, dan terbatas) dan ilmu-ilmu sosial. Kita sama
sekali tidak meremehkan atau tidak menghargai jasa yang diberikan ilmu
pengetahuan eksak dan sosial, tetapi, yang kita inginankan agar ilmu-ilmu
tersebut diintergerasikan antara satu dan yang lainnya melalui tali pengikat,
yaitu ajaran agama dari Tuhan, sehingga seluruh ilmu itu diarahkan pada tujuan
memuliakan manusia, mengabdikan dirinya pada Tuhan, berakhlak mulia dan
seterusnya.
d. Pendangkalan Iman.
Akibat lain
dari pola pikiran keilmuan tersebut di atas, khususnya ilmu yang hanya bersifat
empirik menyebabkan manusia dangkal imannya. Ia tidak tersentuh informasi
yangdiberikan wahyu, bahkan informasi yang diberikan wahyu itu menjadi bahan
tertawaan dandianggap tidak ilmiah dan kampungan.
e. Pola Hubungan
Materialistik.
Semangat
persaudaraan dan rasa saling gotong royong yang didasarkan iman sudah tidak
nampak lagi, karena imannya sudah dangkal. Pola hubungan satu dan lainnya
ditentukan oleh seberapa jauh dapat memberikan keuntungan yang bersifat
material. Demikian juga penghormatan yang diberikan atas orang lain banyak
diukur oleh sejauh mana orang tersebut dapat memberikan manfaat secara
material. Akibatnya ia menempatkan pertimbangan material diatas pertimbangan
akal sehat, hati nurani, kemanusiaan dan imannya.
f.
Menghalalkan Segala Cara.
Sebagai
akibat lebih jauh dari dangkalnya iman dan pola hidup materialistik,
makamanusia dengan mudah dapat menggunakan prinsip menghalalkan segala cara
dalam mencapaitujuan. Jika hal ini terjadi maka terjadilah kerusakan akhlak
dalam segala bidang, baik ekonomi, politik, sosial, dan lain sebagainya.
g. Stres
dan Frustasi.
Kehidupan
modern yang demikian kompetitif menyebabkan manusia harus mengerahkanseluruh
pikiran, tenaga dan kemampuan. Mereka terus bekerja dan bekerja tanpa mengenal
batasdan kepuasan. Hasil yang dicapai tak pernah disyukurinya dan selalu merasa
kurang. Apalagi jika usaha atau proyeknya gagal, maka dengan mudah ia
kehilangan pegangan, karena tidak lagimemiliki pegangan yang kokoh yang berasal
dari Tuhan. Mereka hanya berpegang atau bertuhan pada hal-hal yang bersifat
material yang sama sekali tidak dapat membimbingnya. Akibatnya iastres dan
frustasi yang jika hal ini terus berlanjut akan menjadikan ia gila atau hilang
ingatan.
h.
Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya.
Terdapat
sejumlah orang yanmg terjerumus atau salah memilih jalan kehidupan. Masa
mudanya dihabiskan untuk memperturutkan hawa nafsu dan segala daya dan cara
telah ditempuhnya. Namun ada suatu saat dimana ia sudah tua renta, fisiknya
sudah tidak berdaya,tenaganya sudah tidak mendukung dan berbagai kegiatan sudah
tidak dapat ia lakukan. Manusia yang demikian ini merasa kehilangan harga diri
dan masa depannya, kemana ia harus berjalan, ia tidak tahu. Mereka perlu
bantuan dari kekuatan yang berada diluar dirinya, yaitu bantuan Tuhan. Jadi,
dalam kehidupan ini, sudah sewajibnya kita memikirkan segala sesuatu dengan
matang, dengan pertimbangan agama, dan tentunya manfaat serta kerugiannya.[3]
C.
Peran
Tasawuf dalam Kehidupan Modern
Kehidupan modern berkembang pesat di negara-negara Barat
(Amerika Utara dan banyak negara Eropa). Kehidupan modern disana ditandai
dengan kemajuan yang pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
sedangkan dalam bidang keagamaan ditandai dengan gejala-gejala semakin
menjauhnya masyarakat dari ajaran moral (akhlaq) Ilahi.
Salah satu ciri masyarakat modern yang paling menonjol
menurut Prof. Komaruddin Hidayat, ialah sikapnya yang agresif terhadap
kemajuan. Didorong oleh berbagai prestasi yang dicapai oleh ilmu pengetahuan
dan teknologi. Semua harus tunduk atau berusaha ditundukkan oleh kedigdayaan
iptek yang berporos pada rasionalitas (akal pikiran). Realitas (kenyataan) alam
raya kini hanya dipahami semata-mata sebagai benda otonom yang tidak ada kaitannya
dengan Tuhan.[4]
Budaya modern tersebut dewasa ini telah tampak
pengaruhnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia, khususnya di
masyarakat perkotaan. Budya modern yang hanya kita ambil kulitnya saja dapat
mengikis budaya kebersamaan sehingga menjadi budaya individualistik yang satu
sama lain hanya berkonsentrasi pada pemberdayaan diri tanpa memperdulikan nasib
dan kondisi orang lain.
Sebagaimana dikemukakan di atas, kehidupan modern
bercirikan perubahan, dan pada zaman modern ini semua perubahan itu merupakan
gejala yang begitu cepat berkembang. Karena itu, siapapun harus beradaptasi
dengan percepatan perubahan tersebut.
Sebagai umat Islam, disamping kita dituntut untuk
istiqamah dalam menjalani ajaran Islam, kita juga harus kreatif dalam menyikapi
dan menangkap setiap makna perubahan. Setiap insan harus memiliki keimanan yang
stabil dengan didukung oleh pemikiran dan pemahaman yang luas sehingga bisa
maju dan mengikuti perkembangan zaman tanpa harus mengorbankan keimanannya.
Kehidupan masyarakat modern yang serba cepat dan
cenderung materialistis ini sebenarnya sudah berada pada titik kejenuhan. Hal
ini dapat kita lihat dari banyaknya fenomena kerinduan masyarakat terhadap
nilai-nilai spiritual, banyaknya bermunculan majlis zikir dan kajian-kajian
keislaman yang dikelola secara apik oleh para dai atau tokoh-tokoh agama Islam,
bahkan tidak sedikit kelompok-kelompok tertentu dan umat Islam yang mendirikan
lembaga-lembaga keislaman yang kental dengan nilai dakwah. Ini menunjukkan bahwa
gerakan tasawuf kembali dirindukan oleh manusia-manusia modern.[5]
D. Bertasawuf di dunia modern
Kemajuan yang telah merambah
dalam berbagai aspek kehidupan manusia, baik sosial, ekonomi, budaya dan
politik, mengharuskan individu untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi secara cepat dan pasti. Perubahan yang ada menimbulkan
permasalahan, baik permasalahan dengan lingkungan, sesama masyarakat, maupun
permasalahan terhadap keyakinan. Padahal dalam kenyataannya tidak semua
individu mampu melakukannya sehingga yang terjadi justru masyarakat atau
manusia yang menyimpan banyak problem. Akibatnya, banyak yang mengalami masalah
psikis dan fisik. Dengan dengan demikian, dibutuhkan cara efektif untuk
mengatasi problematika dalam masyarakat modern. Bertasawuf adalah salah satu
hal yang bisa mengatasi problem masyarakat modern, dimana dalam tasawuf ini
menyatukan dua kehidupan yaitu duniawi dan ukhrowi.
Banyak orang yang selama ini
berpendapat bahwa menjalani tasawuf berarti harus uzlah, hidup mengasingkan
diri di goa-goa atau tempat sunyi, serta zuhud-wara’ dengan menolak dan
meninggalkan seluruh harta benda dan semua pesona dunia. Kita bisa menerapkan
tasawuf terhadap kehidupan sehari-hari, tanpa harus meninggalkan kehidupan
modern. Dalam hal ini, ada beberapa hal yang harus kita teladani dari kehidupan
Nabi Muhammad SAW, antara lain:
1.
Zuhud
Zuhud adalah kondisi yang tidak mau terpengaruh oleh harta benda dan pesona
dunia dalam mengabadikan diri kepada Allah dan bukan berarti tidak mau memiliki
harta benda dan tidak suka mengenyam nikmat duniawi. Ulama taswuf juga
senantiasa mencantumkan zuhud dalam pembahasan tentang tasawuf. [6]Nabi
mengajarkan bahwa kekayaan yang sebenarnya bukanlah kekayaan harta benda,
melainkan kekeayaan rohaniah. Beliau tidak memiliki harta kekayaan yang berarti
padahal sebenarnya beliau bisa memilikinya jika beliau mau. Beliau tidak
tertarik dengan harta benda karena memandang nilai rohani lebih tinggi
kedudukannya.[7]
Nabi tetap melaksanakan kegiatan seperti layaknya manusia biasa, bahkan beliau
berdagang hingga ke negeri Syam (Iran). Jadi pada dasarnya, Nabi tetap
melaksanakan zuhud tanpa meninggalkan kehidupan dunia. Beliau berdagang dengan
hanya mengambil keuntungan yang sedikit. Maka dari itu beliau dijuluki pedagang
yang jujur. Hal ini dapat kita implementasikan dalam kehidupan saat ini.
2. Hidup sederhana
Dalam kehidupan sehari-hari,
tercermin kesederhanaan beliau dalam hal rumah, pakaian, dan makanan. Kasur
beliau terbuat dari kulit berisi sabut. Bahkan terkadang beliau tidur diatas
tikar daun kurma sehingga membekas pada punggungnya. Pernah seorang sahabat
melihat kesederhanaan Nabi, sehingga menawarkan kasur yang empuk. Beliau
menolaknya dengan berkata, “Apalah arti kehidupan ini bagiku. Bagiku dunia
hanya ibarat seorang penunggang kuda yang berteduh di bawah pohon, kemudian dia
meninggalkannya.”
Dari segi berpakaian, begitu
sederhananya. Aisyah pernah memperlihatkan pakaian Nabi yang kasar yang dipakai
beliau hingga detik-detik terakhir hidup beliau. Demikian juga dalam hal makan,
amat sederhana sekali. Beliau lebih sering berpuasa dan tidak makan kecuali
lapar, dan kalaupun makan tidak sampai kenyang. Alangkah lebih baik jika kita
meneladani Nabi pada era yang serba canggih ini. Selain dapat mendekatkan diri
kepada Allah, kita juga dapat mengatur pola makan sehingga terhindar dari
penyakit yang ditimbulkan akibat pola makan yang salah.
3. Bekerja keras
Hidup sederhana yang
dicontohkan Rasulullah bukan lahir dari kemalasan. Nabi menyuruh bekerja keras
untuk memenuhi hajat hidup dan kelebihan rizki yang diperoleh dari cucuran
keringat sendiri untuk kepentingan infak dijalan Allah. Nabi pernah
menandaskan: “Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup
selamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan engkau mati esok hari.”
Hal ini dapat kita terapkan
dalan kehidupan sehari-hari, dimana kita harus bekerja keras untuk melanjutkan
hidup. Apalagi, dalam era ini, tenaga manusia banyak dikalahkan oleh peralatan
super modern sehingga hanya orang-orang yang berbakat istimewalah yang masih
dipertahankan. Tak lupa, kita juga harus membantu mereka yang kurang
membutuhkan, agar dapat meringankan beban hidupnya.
4. Perbaikan akhlaq
Nabi Muhammad adalah contoh
dari suri tauladan yang paling baik dalam tingfkah laku (akhlaq). Beliau selalu
memberi dorongan untuk berbuat ihsan kepada sesama manusia, berbuat baik kepada
keluarga, memuliakan tamu dan tetangga. Dalam hal ini, yang dituntut bukan
hanya tingkah laku lahir saja, namuan juga sikap batin yang selalu merujuk dan
terkontrol untuk tetap berada pada jalan kebaikan.
Di era yang serba
individualistis ini, perbaikan akhlaq terhadap sesama perlu ditingkatkan.
Mengingat banyaknya alat komunikasi canggih yang dapat mempermudah obrolan.
Pada dasarnya, hal ini malah mengurangi sosialisasi antar sesama dan bisa saja
pemperjelas jurang kebersamaan antara satu orang dengan yang lain.
5. Ibadah
Rasulullah adalah ahli ibadah
yang paling mulia, bukan hanyasaja dalam ibadah wajib, melainkan ibadah sunah.
Sebagian malamnya dihabiskan dengan shalat malam (tahajjud), jarang
meninggalkan rawatib, dan setiapa waktu selalu berdzikir dan istighfar sekalipun
beliau sunyi dari dosa.
Di era yang serba cepat ini,
manusia terlalu terobsesi untuk bekerja dan mengumpulkan uang. Banyak dari
mereka yang mulai lalai dalam menjalankan ibadah. Jangankan ibadah sunah,
ibadah wajib yang sudah seharusnya dilakukan saja masih banyak yang
terbengkalai. Untuk itu, kita sebagai masyarakat midern sudah seharusnya
menegakkan kembali ibadah-ibadah yang sudah menjadi tanggungjawab kita.
Bagaimanapun, diakhirat nanti yang dinilai adalah ibadah kita, bukan seberapa
banyak uang yang kita hasilkan. Kita harus mampu mengatur waktu agar dapat
membagi antara kepentingan dunia dan akhirat.[8]
PENUTUP
A. SIMPULAN
Kemajuan yang telah merambah
dalam berbagai aspek kehidupan manusia, baik sosial, ekonomi, budaya dan
politik, mengharuskan individu untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi secara cepat dan pasti. Perubahan yang ada menimbulkan permasalahan,
baik permasalahan dengan lingkungan, sesama masyarakat, maupun permasalahan
terhadap keyakinan. Padahal dalam kenyataannya tidak semua individu mampu
melakukannya sehingga yang terjadi justru masyarakat atau manusia yang
menyimpan banyak problem. Akibatnya, banyak yang mengalami masalah psikis dan
fisik. Dengan dengan demikian, dibutuhkan cara efektif untuk mengatasi
problematika dalam masyarakat modern. Bertasawuf adalah salah satu hal yang
bisa mengatasi problem masyarakat modern, dimana dalam tasawuf ini menyatukan
dua kehidupan yaitu duniawi dan ukhrowi.
Tasawuf modern itu adalah tasawuf dalam arti sebenarnya sebagaimana yang
dilakukan Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya, tanpa meninggalkan kesenangan
duniawi, bahkan sebaliknya, kita diwajibkan untuk membangun dunia ini karena
kita adalah khalifah yang memiliki tanggungjawab untuk memakmurkan bumi dan
membebaskannya dari tangan-tangan jahat yang mencoba merusak bumi.
Kita bisa menerapkan tasawuf
terhadap kehidupan sehari-hari, tanpa harus meninggalkan kehidupan modern.
Dalam hal ini, ada beberapa hal yang harus kita teladani dari kehidupan Nabi
Muhammad SAW, antara lain dengan zuhud, hidup sederhana, bekerja keras, perbaikan
akhlaq dan Ibadah yang tetap mengikuti arus modernisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Chittick, Willian
C., Tasawuf Di Mata Kaum Sufi, Bandung:
Mizan, 2002
Edidarmo, Toto, Akidah Akhlaq, Semarang: Karya Toha Putra, 2002
Kabunvillage.blogspot.com/2011/11/11 tasawuf-di-era-modern.htm?m=1
Syukur, Amin, Zuhud di Abad Modern,Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Offset, 2004
[2] Kabunvillage.blogspot.com/2011/11/11 tasawuf-di-era-modern.htm?m=1 diakses
pada 6 Desember 2015 pukul 14:11 WIB
[3] http://atin.staff.iainsalatiga.ac.id/2013/09/05/problematika-masyarakat-modern-dan-perlunya-akhlak-tasawuf/ di akses
pada 7 Desember 2015 pukul 09:00 WIB
[6] Prof. Dr. H.M. Amin Syukur, M.A.. Zuhud di Abad Modern, (Yogyakarta,
Pustaka Pelajar Offset, 2004) hlm 63
Tidak ada komentar:
Posting Komentar