Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 12 Desember 2016

TASAWUF MODERN



Makalah
TASAWUF MODERN
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Akhlaq Tasawuf
Dosen Pengampu : Safrodin Halim, M.Ag.



Disusun Oleh :
Ainis Shofwah Mufarriha       (1501046031)
Elya Sukmawati                      (1501046032)
Ainurrika Nadhifa                   (1501046033)
Adi Bagus Kusuma                 (1501046034)

PMI-A1
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015


PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, masyarakat modern diartikan sebagai sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama yang perekonomiannya berdasarkan pasar secara luas, spesialisasi di bidang industri, dan pemakaian teknologi canggih. Tentu saja, hal ini berbanding terbalik dengan masyarakat tradisional. Baik dari segi perekonomian, kehidupan sosial, maupun keagamaannya. Teknologi dan komunikasi berkembang begitu pesatnya hingga membuat masyarakat mau tidak mau juga harus mengikuti arus perkembangan tersebut.
Pada abad ke-19 dan ke-20, banyak kaum muslim yang berusaha membangkitkan kembali ajaran-ajaran praktek Islam autentik. [1]Perkembangan teknologi dan komunikasi memang memberikan kemudahan dan manfaat terhadap masyarakat. Namun, kemajuan tersebut juga dapat menimbulkan problematika dalam aspek politik, aspek prularisme agama, aspek spiritual, dan aspek etika. Tidak bisa dipungkiri, prularitas dalam kehidupan harus disikapi dengan toleran, jujur, terbuka, bijaksana dan adil. Berkaitan dengan prularitas agama, konseptasawuf memandang bahwa konsep semua agama sama, yaitu penyerahan diri kepada Tuhan. Dalam aspek spiritual, masyarakat modern senantiasa terbuai dalam situasi keglamoran, yang menjadikan mereka meninggalkan pemahaman agama, hidup dalam sikap sekuler yang menghapus rasa cinta terhadap Tuhannya. Hal ini mengakibatkan kekosongan spiritual yang mengakibatkan manusia jauh dari sang Maha Pencipta. Akibatnya, banyak dijumpai merekan yang merasa gelisah, tidak percaya diri, stress dan tidak memiliki pegangan hidup. Dalam aspek etika, masyarakat modern mengalami krisis moral yang sering menampilakn sifat-sifat yang kurang dan tidak terpuji yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku.
Menghadapi permasalahan tersebut, Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin mengajarkan kita untuk hidup melalui jalan spiritual, yang bisa disebut dengan jalan tasawuf modern. Dengan ini, dimaksudkan agar manusia memiliki pegangan dan asupan spiritual tetapi tetap dengan mengikuti arus perkembangan zaman. Pada dasarnya, kehidupan spiritual selalu menuntun dan mendampingi aktifitas duniawi dengan tujuan akhir adalah berada sedekat-dekatnya dengan Tuhan.

2.      Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian tasawuf modern?
2.      Apa saja permasalahan dalam kehidupan modern?
3.      Bagaimana peran tasawuf dalam kehidupan modern?
4.      Apa saja yang dapat dilakukan dalam bertasawuf di kehidupan modern?





PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tasawuf Modern
Sebelum menuju penjelasan apa itu tasawuf modern, ada baiknya terlebih dahulu kita mengetahui apa sebenarnya tasawuf itu sendiri. Tasawuf merupakan suatu sistem latihan dengan penuh kesungguhan untuk membersihkan, mempertinggi, dan memperdalam nilai-nilai kerohanian dalam rangka mendekatkan diri kepada-Nya.
Menilik dari pengertian tasawuf tadi, sesungguhnya tasawuf modern tidak jauh berbeda dengan makna tasawuf itu sendiri. Hanya saja, pada tasawuf modern lebih dipentingkan bagaimana kita mengaplikasikan ajaran-ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari serta bagaimana bertingkah laku dalam kehidupan sehingga tidak ada kesenjangan sosial dalam tatanan sosial masyarakat. Jadi bisa juga diartikan tasawuf modern itu segala bentuk pendekatan diri kepada Tuhan dengan meninggalkan segala praktek tasawuf yang memisahkan diri dari tatanan sosial kemasyarakatan, sebab kita adalah makhluk sosial yang tentunya akan saling membutuhkan satu sama lain.
Dengan melihat keterangan tadi, bisa dikatakan bahwa sesungguhnya tasawuf modern itu adalah tasawuf dalam arti sebenarnya sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya, tanpa meninggalkan kesenangan duniawi, bahkan sebaliknya, kita diwajibkan untuk membangun dunia ini karena kita adalah khalifah yang memiliki tanggungjawab untuk memakmurkan bumi dan membebaskannya dari tangan-tangan jahat yang mencoba merusak bumi.[2]
B.     Permasalahan Dalam Kehidupan Modern
Kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern sebagai berikut:
a.       Disintegrasi Ilmu Pengetahuan
Kehidupan modern antara lain ditandai dengan spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan. Masing-masing ilmu pengetahuan memiliki paradigmanya sendiri-sendiri dalam memecahkanmasalah yang dihadapi. Kalau semuanya berjalan sendiri-sendiri tanpa ada tali pengikat dan petunjuk jalan yang menguasai semuanya, yang terjadi adalah kian jauhnya manusia dari pengetahuan (kearifan) akan kesatuan alam. Penggalian disiplin di atas bisa jadi malahmendatangkan benturan-benturan antara yang satu dan yang lain, karena mereka telah menjerat dirinya pada rasionalitas teknologis secara absolut, netral nilai keagamaan tapi sarat nafsu penaklukan.
b.      Kepribadian yang Terpecah (Split personality).
Karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak itu, maka manusianya menjadi pribadi yangterpecah kehidupan manusia modern diatur menurut ilmu yang eksak dan kering. Akibatnya kini telah menggelinding proses hilangnya kekayaan rohaniah, karena dibiarkannya ilmu-ilmu positif (ilmu yang hanya mengandalkan fakta-fakta empirik, obyektif, rasional, dan terbatas) dan ilmu-ilmu sosial. Kita sama sekali tidak meremehkan atau tidak menghargai jasa yang diberikan ilmu pengetahuan eksak dan sosial, tetapi, yang kita inginankan agar ilmu-ilmu tersebut diintergerasikan antara satu dan yang lainnya melalui tali pengikat, yaitu ajaran agama dari Tuhan, sehingga seluruh ilmu itu diarahkan pada tujuan memuliakan manusia, mengabdikan dirinya pada Tuhan, berakhlak mulia dan seterusnya.
d. Pendangkalan Iman.
Akibat lain dari pola pikiran keilmuan tersebut di atas, khususnya ilmu yang hanya bersifat empirik menyebabkan manusia dangkal imannya. Ia tidak tersentuh informasi yangdiberikan wahyu, bahkan informasi yang diberikan wahyu itu menjadi bahan tertawaan dandianggap tidak ilmiah dan kampungan.
e. Pola Hubungan Materialistik.
Semangat persaudaraan dan rasa saling gotong royong yang didasarkan iman sudah tidak nampak lagi, karena imannya sudah dangkal. Pola hubungan satu dan lainnya ditentukan oleh seberapa jauh dapat memberikan keuntungan yang bersifat material. Demikian juga penghormatan yang diberikan atas orang lain banyak diukur oleh sejauh mana orang tersebut dapat memberikan manfaat secara material. Akibatnya ia menempatkan pertimbangan material diatas pertimbangan akal sehat, hati nurani, kemanusiaan dan imannya.
f. Menghalalkan Segala Cara.
Sebagai akibat lebih jauh dari dangkalnya iman dan pola hidup materialistik, makamanusia dengan mudah dapat menggunakan prinsip menghalalkan segala cara dalam mencapaitujuan. Jika hal ini terjadi maka terjadilah kerusakan akhlak dalam segala bidang, baik ekonomi, politik, sosial, dan lain sebagainya.
g. Stres dan Frustasi.
Kehidupan modern yang demikian kompetitif menyebabkan manusia harus mengerahkanseluruh pikiran, tenaga dan kemampuan. Mereka terus bekerja dan bekerja tanpa mengenal batasdan kepuasan. Hasil yang dicapai tak pernah disyukurinya dan selalu merasa kurang. Apalagi jika usaha atau proyeknya gagal, maka dengan mudah ia kehilangan pegangan, karena tidak lagimemiliki pegangan yang kokoh yang berasal dari Tuhan. Mereka hanya berpegang atau bertuhan pada hal-hal yang bersifat material yang sama sekali tidak dapat membimbingnya. Akibatnya iastres dan frustasi yang jika hal ini terus berlanjut akan menjadikan ia gila atau hilang ingatan.
h. Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya.
Terdapat sejumlah orang yanmg terjerumus atau salah memilih jalan kehidupan. Masa mudanya dihabiskan untuk memperturutkan hawa nafsu dan segala daya dan cara telah ditempuhnya. Namun ada suatu saat dimana ia sudah tua renta, fisiknya sudah tidak berdaya,tenaganya sudah tidak mendukung dan berbagai kegiatan sudah tidak dapat ia lakukan. Manusia yang demikian ini merasa kehilangan harga diri dan masa depannya, kemana ia harus berjalan, ia tidak tahu. Mereka perlu bantuan dari kekuatan yang berada diluar dirinya, yaitu bantuan Tuhan. Jadi, dalam kehidupan ini, sudah sewajibnya kita memikirkan segala sesuatu dengan matang, dengan pertimbangan agama, dan tentunya manfaat serta kerugiannya.[3]
C.     Peran Tasawuf dalam Kehidupan Modern

Kehidupan modern berkembang pesat di negara-negara Barat (Amerika Utara dan banyak negara Eropa). Kehidupan modern disana ditandai dengan kemajuan yang pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan dalam bidang keagamaan ditandai dengan gejala-gejala semakin menjauhnya masyarakat dari ajaran moral (akhlaq) Ilahi.

Salah satu ciri masyarakat modern yang paling menonjol menurut Prof. Komaruddin Hidayat, ialah sikapnya yang agresif terhadap kemajuan. Didorong oleh berbagai prestasi yang dicapai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua harus tunduk atau berusaha ditundukkan oleh kedigdayaan iptek yang berporos pada rasionalitas (akal pikiran). Realitas (kenyataan) alam raya kini hanya dipahami semata-mata sebagai benda otonom yang tidak ada kaitannya dengan Tuhan.[4]

Budaya modern tersebut dewasa ini telah tampak pengaruhnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia, khususnya di masyarakat perkotaan. Budya modern yang hanya kita ambil kulitnya saja dapat mengikis budaya kebersamaan sehingga menjadi budaya individualistik yang satu sama lain hanya berkonsentrasi pada pemberdayaan diri tanpa memperdulikan nasib dan kondisi orang lain.

Sebagaimana dikemukakan di atas, kehidupan modern bercirikan perubahan, dan pada zaman modern ini semua perubahan itu merupakan gejala yang begitu cepat berkembang. Karena itu, siapapun harus beradaptasi dengan percepatan perubahan tersebut.

Sebagai umat Islam, disamping kita dituntut untuk istiqamah dalam menjalani ajaran Islam, kita juga harus kreatif dalam menyikapi dan menangkap setiap makna perubahan. Setiap insan harus memiliki keimanan yang stabil dengan didukung oleh pemikiran dan pemahaman yang luas sehingga bisa maju dan mengikuti perkembangan zaman tanpa harus mengorbankan keimanannya.

Kehidupan masyarakat modern yang serba cepat dan cenderung materialistis ini sebenarnya sudah berada pada titik kejenuhan. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya fenomena kerinduan masyarakat terhadap nilai-nilai spiritual, banyaknya bermunculan majlis zikir dan kajian-kajian keislaman yang dikelola secara apik oleh para dai atau tokoh-tokoh agama Islam, bahkan tidak sedikit kelompok-kelompok tertentu dan umat Islam yang mendirikan lembaga-lembaga keislaman yang kental dengan nilai dakwah. Ini menunjukkan bahwa gerakan tasawuf kembali dirindukan oleh manusia-manusia modern.[5]

D.    Bertasawuf di dunia modern
Kemajuan yang telah merambah dalam berbagai aspek kehidupan manusia, baik sosial, ekonomi, budaya dan politik, mengharuskan individu untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dan pasti. Perubahan yang ada menimbulkan permasalahan, baik permasalahan dengan lingkungan, sesama masyarakat, maupun permasalahan terhadap keyakinan. Padahal dalam kenyataannya tidak semua individu mampu melakukannya sehingga yang terjadi justru masyarakat atau manusia yang menyimpan banyak problem. Akibatnya, banyak yang mengalami masalah psikis dan fisik. Dengan dengan demikian, dibutuhkan cara efektif untuk mengatasi problematika dalam masyarakat modern. Bertasawuf adalah salah satu hal yang bisa mengatasi problem masyarakat modern, dimana dalam tasawuf ini menyatukan dua kehidupan yaitu duniawi dan ukhrowi.
Banyak orang yang selama ini berpendapat bahwa menjalani tasawuf berarti harus uzlah, hidup mengasingkan diri di goa-goa atau tempat sunyi, serta zuhud-wara’ dengan menolak dan meninggalkan seluruh harta benda dan semua pesona dunia. Kita bisa menerapkan tasawuf terhadap kehidupan sehari-hari, tanpa harus meninggalkan kehidupan modern. Dalam hal ini, ada beberapa hal yang harus kita teladani dari kehidupan Nabi Muhammad SAW, antara lain:
1.      Zuhud

Zuhud adalah kondisi yang tidak mau terpengaruh oleh harta benda dan pesona dunia dalam mengabadikan diri kepada Allah dan bukan berarti tidak mau memiliki harta benda dan tidak suka mengenyam nikmat duniawi. Ulama taswuf juga senantiasa mencantumkan zuhud dalam pembahasan tentang tasawuf. [6]Nabi mengajarkan bahwa kekayaan yang sebenarnya bukanlah kekayaan harta benda, melainkan kekeayaan rohaniah. Beliau tidak memiliki harta kekayaan yang berarti padahal sebenarnya beliau bisa memilikinya jika beliau mau. Beliau tidak tertarik dengan harta benda karena memandang nilai rohani lebih tinggi kedudukannya.[7] Nabi tetap melaksanakan kegiatan seperti layaknya manusia biasa, bahkan beliau berdagang hingga ke negeri Syam (Iran). Jadi pada dasarnya, Nabi tetap melaksanakan zuhud tanpa meninggalkan kehidupan dunia. Beliau berdagang dengan hanya mengambil keuntungan yang sedikit. Maka dari itu beliau dijuluki pedagang yang jujur. Hal ini dapat kita implementasikan dalam kehidupan saat ini.

2.      Hidup sederhana
Dalam kehidupan sehari-hari, tercermin kesederhanaan beliau dalam hal rumah, pakaian, dan makanan. Kasur beliau terbuat dari kulit berisi sabut. Bahkan terkadang beliau tidur diatas tikar daun kurma sehingga membekas pada punggungnya. Pernah seorang sahabat melihat kesederhanaan Nabi, sehingga menawarkan kasur yang empuk. Beliau menolaknya dengan berkata, “Apalah arti kehidupan ini bagiku. Bagiku dunia hanya ibarat seorang penunggang kuda yang berteduh di bawah pohon, kemudian dia meninggalkannya.”
Dari segi berpakaian, begitu sederhananya. Aisyah pernah memperlihatkan pakaian Nabi yang kasar yang dipakai beliau hingga detik-detik terakhir hidup beliau. Demikian juga dalam hal makan, amat sederhana sekali. Beliau lebih sering berpuasa dan tidak makan kecuali lapar, dan kalaupun makan tidak sampai kenyang. Alangkah lebih baik jika kita meneladani Nabi pada era yang serba canggih ini. Selain dapat mendekatkan diri kepada Allah, kita juga dapat mengatur pola makan sehingga terhindar dari penyakit yang ditimbulkan akibat pola makan yang salah.
3.      Bekerja keras
Hidup sederhana yang dicontohkan Rasulullah bukan lahir dari kemalasan. Nabi menyuruh bekerja keras untuk memenuhi hajat hidup dan kelebihan rizki yang diperoleh dari cucuran keringat sendiri untuk kepentingan infak dijalan Allah. Nabi pernah menandaskan: “Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan engkau mati esok hari.”
Hal ini dapat kita terapkan dalan kehidupan sehari-hari, dimana kita harus bekerja keras untuk melanjutkan hidup. Apalagi, dalam era ini, tenaga manusia banyak dikalahkan oleh peralatan super modern sehingga hanya orang-orang yang berbakat istimewalah yang masih dipertahankan. Tak lupa, kita juga harus membantu mereka yang kurang membutuhkan, agar dapat meringankan beban hidupnya.
4.      Perbaikan akhlaq
Nabi Muhammad adalah contoh dari suri tauladan yang paling baik dalam tingfkah laku (akhlaq). Beliau selalu memberi dorongan untuk berbuat ihsan kepada sesama manusia, berbuat baik kepada keluarga, memuliakan tamu dan tetangga. Dalam hal ini, yang dituntut bukan hanya tingkah laku lahir saja, namuan juga sikap batin yang selalu merujuk dan terkontrol untuk tetap berada pada jalan kebaikan.
Di era yang serba individualistis ini, perbaikan akhlaq terhadap sesama perlu ditingkatkan. Mengingat banyaknya alat komunikasi canggih yang dapat mempermudah obrolan. Pada dasarnya, hal ini malah mengurangi sosialisasi antar sesama dan bisa saja pemperjelas jurang kebersamaan antara satu orang dengan yang lain.
5.      Ibadah
Rasulullah adalah ahli ibadah yang paling mulia, bukan hanyasaja dalam ibadah wajib, melainkan ibadah sunah. Sebagian malamnya dihabiskan dengan shalat malam (tahajjud), jarang meninggalkan rawatib, dan setiapa waktu selalu berdzikir dan istighfar sekalipun beliau sunyi dari dosa.
Di era yang serba cepat ini, manusia terlalu terobsesi untuk bekerja dan mengumpulkan uang. Banyak dari mereka yang mulai lalai dalam menjalankan ibadah. Jangankan ibadah sunah, ibadah wajib yang sudah seharusnya dilakukan saja masih banyak yang terbengkalai. Untuk itu, kita sebagai masyarakat midern sudah seharusnya menegakkan kembali ibadah-ibadah yang sudah menjadi tanggungjawab kita. Bagaimanapun, diakhirat nanti yang dinilai adalah ibadah kita, bukan seberapa banyak uang yang kita hasilkan. Kita harus mampu mengatur waktu agar dapat membagi antara kepentingan dunia dan akhirat.[8]
























PENUTUP
A.    SIMPULAN

Kemajuan yang telah merambah dalam berbagai aspek kehidupan manusia, baik sosial, ekonomi, budaya dan politik, mengharuskan individu untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dan pasti. Perubahan yang ada menimbulkan permasalahan, baik permasalahan dengan lingkungan, sesama masyarakat, maupun permasalahan terhadap keyakinan. Padahal dalam kenyataannya tidak semua individu mampu melakukannya sehingga yang terjadi justru masyarakat atau manusia yang menyimpan banyak problem. Akibatnya, banyak yang mengalami masalah psikis dan fisik. Dengan dengan demikian, dibutuhkan cara efektif untuk mengatasi problematika dalam masyarakat modern. Bertasawuf adalah salah satu hal yang bisa mengatasi problem masyarakat modern, dimana dalam tasawuf ini menyatukan dua kehidupan yaitu duniawi dan ukhrowi.
Tasawuf modern itu adalah tasawuf dalam arti sebenarnya sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya, tanpa meninggalkan kesenangan duniawi, bahkan sebaliknya, kita diwajibkan untuk membangun dunia ini karena kita adalah khalifah yang memiliki tanggungjawab untuk memakmurkan bumi dan membebaskannya dari tangan-tangan jahat yang mencoba merusak bumi.
Kita bisa menerapkan tasawuf terhadap kehidupan sehari-hari, tanpa harus meninggalkan kehidupan modern. Dalam hal ini, ada beberapa hal yang harus kita teladani dari kehidupan Nabi Muhammad SAW, antara lain dengan zuhud, hidup sederhana, bekerja keras, perbaikan akhlaq dan Ibadah yang tetap mengikuti arus modernisasi.





           






DAFTAR PUSTAKA
Chittick, Willian C., Tasawuf  Di Mata Kaum Sufi, Bandung: Mizan, 2002

Edidarmo, Toto, Akidah Akhlaq, Semarang: Karya Toha Putra, 2002


Kabunvillage.blogspot.com/2011/11/11 tasawuf-di-era-modern.htm?m=1

Syukur, Amin, Zuhud di Abad Modern,Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset, 2004




[1] Willian C. Chittick, Tasawuf  Di Mata Kaum Sufi , (Bandung: Mizan, 2002) hlm 63
[2] Kabunvillage.blogspot.com/2011/11/11 tasawuf-di-era-modern.htm?m=1 diakses pada 6 Desember 2015 pukul 14:11 WIB
[4] Toto Edidarmo, Akidah Akhlaq, (Semarang: Karya Toha Putra, 2002) hlm 122
[5] Ibid., hlm. 122-123
[6] Prof. Dr. H.M. Amin Syukur, M.A.. Zuhud di Abad Modern, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset, 2004) hlm 63
[7] Toto Edidarmo, Akidah Akhlaq, (Semarang: Karya Toha Putra, 2002) hlm. 123
[8] Ibid., hlm. 124

Tidak ada komentar:

Posting Komentar